Selasa, 11 Maret 2014

makalah perkembangan anatomi tumbuhan kelompok 1


MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN

DOSEN PEMBIMBING : IBNU HAJAR S.PD M.PD



DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

ANGGOTA KELOMPOK

Agnesia Patria

Ekky Dwi Putra

Dwi Trisnaning Asri

Hertin Verginawati

Kurnia Afrianti

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2014
 
 
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga Penyusunan Makalah  ini telah dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Anatomi Tumbuhan
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1.      Bapak Ibnu Hajar S.Pd, M.P.yang telah mendukung dan memberi ide dan memberi saran dan motivasi  terhadap penulis karna dukungan Bapaklah makalah ini telah selesai dengan apa yang di inginkan oleh penulis. Dengaan ini kami mengucapkan ribuan terimakasih kepada Bapak Ibnu Hajar S.Pd M.P
2.      Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moril dan materil
3.      Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan. Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
 
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten.
Amin.

Pekanbaru, Februari
 2014


Penulis
 
DAFTAR ISI
 
KATA PENGANTAR ........................................................................  i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
 
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A.    Perkembangan Anatomi Tumbuhan........................................... 2
B.     Hubungan Anatomi Tumbuhan Dengan Ilmu Lainya.............. 21
C.     LingkunganSebagai Sumber Belajar........................................... 22
 
Bab III PENUTUP............................................................. 25
A.    Kesimpulan.............................................................. 25
B.     Saran......................................................................... 25
 
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 26
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
Anatomi tumbuhan atau filoanatomi adalah analogi dari anatomi manusia atau hewan. Sasaran anatomi adalah untuk memahami fungsi struktur, baik secara makro dan mikro. Anatomi tumbuhan, sebagai salah satu disiplin ilmu yang terinci merupakan salah satu bagian botani yang tertua. Dalam mempelajari tumbuhan dari segi hortikultura, agronomi, patologi, maupun ekologi, senantiasa diperlukan pemahaman mengenai bentuk dan struktur tumbuhan sehubungan dengan fungsinya.

Anatomi tumbuhan memiliki peranan yang sangat penting dalam hubungan antarilmu. Karena tafsiran yang sesungguhnya dari fungsi bagian tumbuhan bertumpu pada pengetahuan yang baik tentang sel dan jaringan yang berkaitan dengan fungsi tersebut. Contohnya adalah pada fotosintesis, gerakan air, translokasi makanan, dan penyerapan oleh air. Dalam patologi tumbuhan, pengaruh penyakit tak dapat dipahami dengan baik tanpa memahami struktur normal jaringan yang terserang. Selain itu, penangkisan efek penyakit atau parasit, bahkan kerentanan terhadap penyakit itu sendiri dapt terungkap oleh adanya perubahan struktur atau kekhasan struktur inang. Keberhasilan atau kegagalan praktek hortikultura seperti pemangkasan, penempelan, propagasi vegetatif, dan peristiwa pengiringnya seperti pembentukan kalus, penyembuhan luka, regenerasi, dan perkembangan akar dan tunas baru, akan lebih berguna jika sifat struktur yang melandasi semua peristiwa itu dipahami dengan benar.
 
Oleh sebab itu, anatomi tumbuhan merupakan cabang ilmu botani yang sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada tumbuhan. Tanpa mengetahui struktur sel, jaringan, dan organ dari tubuh tumbuhan, tentu saja tidak akan mengetahui masalah dan tindakan yang harus dilakukan apabila tumbuhan tersebut mengalami penyakit atau tidak.

 


 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A.    Perkembangan Anatomi Tumbuhan
 
Sejarah Penemuan Sel
 

Gambar 1
Anatomi tumbuhan merupakan ilmu botani murni yang mempelajari struktur (sel,jaringan,organ) dalam organ tumbuhan dengan metode pengirisan (mikroteknik). Anatomi Tumbuhan sangat erat hubungannya dengan ilmu dasar yang lainnya seperti fisiologi tumbuhan, morfologi tumbuhan dan embriologi tumbuhan.

Bagi mahasiswa yang mempelajari ilmu-ilmu terapan, seperti ilmu pemuliaan tanaman, ilmu hama dan penyakit tanaman, pemahaman mengenai anatomi tumbuhan sangat diperlukan. oleh karena itu, anatomi tumbuhan penting untuk kita pelajari. sebelum beranjak lebih jauh lagi, alangkah baiknya kita pelajari mengenai sejarah penemuan sel.

Berikut beberapa tokoh yang berperan dalam penemuan sel, diantaranya:
 
Robert Hooke (1665) yang menemukan sel mati dari gabus kulit batang Quercus suber yang tinggal dinding selnya saja, tersusun seperti rumah lebah (gambar 1). Ruang-ruang kecil tanpa isi sel tersebut kemudian disebut sel.
2. Anthony van leeuwenhoek (1770) menemukan kloroplast pada daun segar.
3. Banaventuri Corti (1772) menemukan aliran plasma pada ganggang Chara sp.
4. Robert Brown (1930) menemukan inti sel (nukleus).
5. Mattheas Schleiden (1846) menemukan anak inti (nukleolus);Hugo van Mohl dapat membedakan antara protoplas dan cairan sel.
6. Mattheas schleiden dan Theodor schwann (1838 & 1839) menemukan vakuola sel dan mengemukan teori sel.
8. Kollicher (1850) menemukan mitokondria.
9. Kollicher (1962) mengemukakan istilah sitoplasma
10. camillo Golgi (1898) menemukan diktiosom dan aparatus golgi. Rudolf virchow mengamati pembelahan mitosis
B. Struktur Umum Anatomi
                 
Perkembangan embrio hingga dewasa
 
Suatu tumbuhan vaskular mengawali kehadirannya sebagai satu zigot uniseluler yang sederhana secara morfologis. Zigot berkembang menjadi lembaga dan akhirnya menjadi sporofit dewasa. Perkembangan ini melibatkan pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel-sel, dan suatu organisasi sel-sel menjadi bentukan yang kurang lebih terspesialisasi yaitu jaringan dan sistem jaringan. Lembaga tumbuhan berbiji mempunyai struktur yang relatif sederhana dibandingkan dengan tumbuhan dewasanya.
 
Lembaga mempunyai jumlah bagian yang terbatas, sering hanya berupa satu sumbu yang membawa satu atau lebih daun lembaga, sel-sel serta jaringan lembaga paling banyak pada tingkat diferensiasi rendah. Namun demikian lembaga mempunyai potensi untuk pertumbuhan lebih lanjut karena adanya meristem di ujung-ujung berlawan pada sumbu yang menjadi meristem apikal pucuk (batang) dan akar yang akan datang. Selama perkembangan pucuk dan akar sebagai akibat perkecambahan biji, pemunculan meristem-meristem apikal baru dapat menyebabkan percabangan ulang organ-organ ini.
 
Perkecambahan sering dianggap sebagai permulaan kehidupan tumbuhan. Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). radikula tumbuh kebawah menjadi akar sedangkan plumula tumbuh keatas menjadi batang.
 
Perkecambahan ditandai dengan munculnya kecambah, yaitu tumbuhan kecil dan masih hidup dari persediaan makanan yang berada dalam biji. Ada empat bagian penting pada biji yang berkecambah, yaitu batang lembaga (kaulikulus), akar embrionik (akar lembaga) atau (radikula) , Kotiledon (daun lembaga), dan pucuk lembaga (plumula). Kotiledon merupakan cadangan makanan pada kecambah karena pada saat perkecambahan, tumbuhan belum bisa melakukan fotosintesis.


Gambar 2. Bagan embrio dikotil. Meritem apikal dari apeks pucuk (plumula) dan meristem apeks pada akar(radikula).
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi perkecambahan. Tahap pertama perkecambahan adalah penyerapan air dengan cepat secara imbibisi. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio sehingga biji melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan kebagian embrio yang sedang tumbuh. Enzim yang berperan dalam pencernaan cadangan makanan adalah enzim amilase, beta-amilase dan protease. Hormon giberelin berperan penting untuk aktivasi dan mensintesis enzim-enzim tersebut.
Perkecambahan biji ada dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan hypogeal
a.    Perkecambahan epigeal adalah tumbuhnya hipokotil yang memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat kepermukaan tanah. Kotiledon tersebut dapat melakukan fotosisntesis selama daun belum terbentuk, contoh perkecambahan kacang hijau, bunga matahari, kedelai, kacang tanah.
Dalam proses perkecambahan ini organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, berikutnya ujung radikula harus menembus permukaan tanah. Pada banyak tumbuhan dikotil dengan rangsangan oleh cahaya, ruas batang dibawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil dan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun pertamanya mengembang dan menjadi hijau, serta mulai membuat makanan melalui fotosintesis. Kotiledon akan layu dan rontok dari benih karena cadangan makanannya telah habis oleh embrio yang berkecambah.

b.    Perkecambahn hipogeal adalah tumbuhnya epikotil yang memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah contoh perkecambahan kacang kapri, kacang ercis, jagung dan rumput-rumputan.

 
Gambar 3.
 
Selama perkembangan pucuk dan akar sebagai akibat perkecambahan biji, pemunculan meristem-meristem apikal baru dapat menyebabkan percabangan ulang organ-organ ini. Setelah periode tertentu pertumbuhan vegetatif, tumbuhan memasuki tingkat reproduktif dengan perkembangan struktur pembawa gen.
Organ tumbuhan yang berasal dari meristem apikal biasanya mengalami periode perluasan dalam hal lebar dan panjang. Pertumbuhan awal akar dan pucuk vegetatif dan reproduktif akibat aktivitas meristem apikal, yang dibentuk secara berurutan ini biasanya disebut pertumbuhan primer.
Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh kegiatan titik tumbuh primer. Titik tumbuh primer adalah titik tumbuh yang terdapat pada ujung akar atau ujung batang yang telah mulai terbentuk sejak tumbuhan masih berupa embrio. Pertumbuhan prmer adalah pertumbuhan memanjang akibat aktivitas mereistem apikal (jaringan yang ada diujung akar adan ujung batang). Pertumbuhan primer pada akar terjadi dititik tumbuh akar dan pada batang terjadi dititik tumbuh batang. Titik tumbuh akar berada pada bagian yang terdapat tudung akar (kaliptara). Tudung akar merupakan kumpulan sel-sel yang terorganisasai, yang berfungsi menutupi dan melindungi neristem apikal saat akar tumbuh menembus tanah. sedangkan titik tumbuh batang terdapat pada tumbuhan yang memiliki kuncup atau tunas.
Pertumbuhan primer menyebabkan batang dan akar bertambah panjang.
pada banyak tumbuhan vascular, tubuh primer diperkuat oleh pertumbuhan berikutnya dan arena pertumbuhan ini dimulai lebih kemudian dan hasilnya menjadi tambahan terhadap jaringan primer yang telah ada maka disebut pertumbuhan sekunder. Jaringan yang dihasilkannya disebut jaringan sekunder. Pertumbuhan sekunder biasanya tidak membuat tipe-tipe sel baru, melainkan hanya menambah besar tubuh tumbuhan, teristimewa ukuran jaringan vascular, menyediakan sel-sel pengangkut dan penguat serta pelindung tambahan.
Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh kegiatan kambium yang bersifat meristematik. Pertumbuhan sekunder menyebabkan diameter batang bertambah besar. Pertumbhan sekunder hanya terjadi pada dikotil dan Gymnospermae.
Aktivitas pembelahan kambium mengarah kearah luar dan dalam. Aktivitas kambium ke dua arah ini mengakibatkan bertambah tebal dan besar diameter batang. pembelahan kearah luar membentuk floem sekunder (kulit) dan kearah dalam membentuk silem sekunder (kayu). Pembelahan kearah dalam lebih besar dibanding kearah luar, sehingga bagian kayu lebih tebal dibanding bagian kulit. setelah tumbuhan mencapai ukuran dewasa, terbentuk bunga.

Setelah polinasi, yakni berpindahnya serbuk sari ke putik, terjadi pembuahan. Buah dibentuk dan menghasilkan biji sehingga daur hidup tumbuhan selesai. Ada tumbuhan yang segera mati setelah membentuk biji, disebut tumbuhan setahun atau annual. Ada pula yang tetap tumbuh bertahun-tahun, disebut tumbuhan menahun atau parenial, seperti pohon dan perdu.
Jadi, alat pembentuk tumbuhan adalah batang, akarm daun, bunga, dan buah beserta bijinya. Setiap alat dibangun oleh sel yang tersusun oleh beberapa jaringan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge-YJLGtB-zQcWOoOSHvWDZQCtBzWTeqxFJEljsu7yzJJ41T7FMIHdjTExwJxJHrFjfk9-oig06wHzK8KgdDL-Y0YrmWijFUhjOApT0UIgarPGB0i-FTuLPjDBU0R3p-RY42HQteU_R7I/s320/3a.jpg
Gambar 3. Siklus hidup tumbuhan.

Macam jaringan pada tumbuhan

Tumbuhan tersusun atas berbagai jaringan. Banyaknya pengetahuan tentang struktur jaringan menyebabkan kesulitan dalam memberi definisi yang tepat suatu jaringan. Definisi jaringan adalah sekelompok sel dengan asal usul, struktur, dan fungsi yang sama. Definisi ini tidak tepat untuk semua kasus. Diperlukan definisi yang lebih lentur dalam pengelompokan jaringan. Percobaan dengan suatu perlakuan dapat menyebabkan suatu tipe sel berubah menjadi tipe sel yang lain. Sebagai contoh, sel parenkim dapat dirangsasng untuk berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh. Jaringan mungkin juga terdiri atas sel yang berbeda bentuk, bahkan fungsinya, tetapi susunannya selalu sama.
Jaringan pada tubuh tumbuhan dikelompokkan berdasarkan tempatnya dalam tumbuhan, tipe sel, fungsi, asal-usul, dan tahap perkembangannya. Berdasarkan jumlah tipe sel penyusunnya, jaringan dibedakan menjadi jaringan sederhanaa dan jaringan rumit. Jaringan sederhana bersifaat homogen, hanya terdiri atas satu tipe sel, sedangkan jaringan rumit bersifat heterogen, terdiri atas dua atau lebih tipe sel. Parenkim, kolenkim, dan sklerenkim adalah jaringan sederhana, sedangkan xilem, floem, dan epidermis adalah jaringan rumit.
Di tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam tiga sistem berdasarkan kesinambungan topografi, yakni sistem dermal, sistem jaringan pembuluh, dan sistem jaringan dasar. Sistem dermal meliputi epidermis, yakni pelindung primer (pertama) bagi bagian luar tubuh, dan periderm yang menggantikan epidermis pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder. Sistem jaringan pembuluh terdiri atas xilem, yakni yang mengangkut air dan garam tanah, dan floem, yang mengangkut hasil fotosintesis. Sistem jaringan dasar mencangkup jaringan yang membentuk dasar bagi tumbuhan, namun sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar utama adalah parenkim dengan semua ragamnya; kolenkim, yakni jaringan yang berdinding tebal berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati. Dalam tubuh tumbuhan, jaringan tersebar dalam pola khas bagi kelompok timuhan yang bersangkutan.
Pada dasarnya ada kemiripan pola penyebaran jaringan pada tumbuhan dikotil sebab jaringa pembuluh tertanam dalam jaringan dasar dan sistem dermal merupakan penutup di sebelah luar. Pada tumbuhan dikotil, misalnya, jaringan pembuluh batang membentuk silinder berongga. Rongga tersebut terisi jaringan dasar (empulur) dan ada pula yang berda diantara silinder pembuluh dan sistem dermal (korteks). Pada daun, jaringan pembuluh membentuk sistem yang dapat beranastomosis dalam jaringan dasar yang terdiferensiasi sebagai mesofil.
Pada akar dapat ditemukan silinder jaringan pembuluh yang sering kali tidak mengelilingi empulur, namun ada korteks.
Jenis-jenis jaringan pada tumbuhan
Jaringan pembentuk tumbuhan terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1.        Jaringan dermal
Salah satu jaringan dermal adalah epidermis yang merupakan lapisan pelindung luar utama yang menyelimuti tubuh tumbuhan (seluruh daun, batang, dan akar). Sel-sel epidermis mempunyai dinding sel primer yang tebal, dan bagian luarnya dilapisi oleh lapisan lilin. Sel ini juga akan mengalami modifikasi dan membentuk stomata serta berbagai macam rambut. Stomata adalah bukaan pada epidermis yang sebagian besar terdapat pada bawah daun dan meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentk oleh dua sel epidermis yang terspesialisasi yang disebut sel penjaga yang meregulasi besarnya diameter stomata. Stomata juga terdistribusi secara spesisfik berdasarkan spesies. Rambut atau trikoma merupakan turunan dari sel epidermis dan mempunyai banyak bentuk dan umumnya ditemui pada semua bagian tumbuhan serta berfungsi untuk adsorpsi dan sekresi.
2.        Jaringan pembuluh

Jaringan pembuluh merupakan kompleks xilem-floem. Umumnya akar hanya mempunyai xilem, sedangkan batang mempunyai keduanya (xilem dan floem). Xilem disusun oleh sel dewasa yang telah mati dan kehilangan plasma membrannya serta dinding selnya mengalami penebalan sekunder dan dilapisi lilin. ujung dari dinding sel ini telah terperforasi sempurna membentuk saluran yang sangat panjang. Saluran ini mempunyai hubungan yang erat dengan parenkim xilem yang secara aktif mentransport cairan keluar-masuk xilem. Fungsi dari xilem adalah membawa air dan ion terlarut pada tumbuhan. Floem disusun oleh sel hidup dewasa yang terinterkoneksi oleh perforasi pada ujung dinding selnya yang terbentuk dari plasmodesmata yang membesar dan termodifikasi. Sel ini tersusun membentuk tabung yang disebut pembuluh ayak. Sel-sel ini tetap mempunyai membran plasma, tetapi sudah kehilangan nukleus dan banyak sitoplasma, sehingga mereka bergantung pada sel pendamping untuk metabolismenya. Sel pendamping mempunyai fungsi tambahan sebagai pengangkut molekul makanan terlarut keluar dan ke dalam pembuluh melaluidinding pembuluh yang berpori.
3.    Jaringan dasar
Terdiri dari 3 sel utama, yaitu parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Sel parenkim ditemukan pada seluruh sistem jaringan tumbuhan. Sel ini adalah sel hidup yang dapat membelah lebih lanjut dengan dinding sel primer yang tipis. Fungsi dari sel ini adalah sel meristem apikal dan lateral pada tunas dan akar akan menyediakan sel baru untuk pertumbuhan; produksi dan penyimpanan makanan terjadi pada sel fotosintetik pada batang dan daun (sel mesofil), sel parenkim penyimpan merupakan komponen utama pembentuk buah dan sayuran; karena kemampuan membelahnya, sel parenkim juga berperan sebagai stem sel untuk memulihkan luka dan regenerasi. Sel kolenkim merupakan sel hidup yang mirip dengan sel parenkim, tetapi mempunyai dinding sel yang jauh lebih tebal dan biasanya ditemukan pada seluruh sistem jaringan tumbuhan. Sel kolenkim mempunyai kemampuan untuk memanjang dan memberikan dukungan mekanis sebagai jaringan dasar pada daerah tumbuhan yang sedang memanjang. Sel kolenkim umum ditemukan pada daerah subepidermal batang.
Seperti kolenkim, sel sklerenkim mempunyai fungsi sebagai penguat dan pendukung tumbuhan. Sel skelerenkim merupakan sel mati dengan dinding sel sekunder tebal dari lignin yang mencegahnya untuk memanjang seiring pertumbuhan tumbuhan. Dua macam sklerenkim yang umum ditemukan adalah fiber, yang sering membentuk bundel panjang, dan sklereid yang merupakan sel pendek bercabang yang umum ditemukan pada kulit biji dan buah. Jenis sel dan jaringan Sel serta jaringan dapat dibedakan karena memiliki sifat yang berbeda sehubungan dengan posisinya dalam tubuh tumbuhan. Berikut ini disajikan secara singkat kelompok sel dan jaringan pada tumbuhan berbiji.




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-h41UVOfObH9RxSt3iOMhyphenhyphenftWAyye6QfeTaIzwBaMQs-_c7fahGmhwnT8k6H1Hoao8ZVHdCZtglqfzgt6lARIkPq5g_AVzlOINQV8yjpBk9U5ZnJ-_ZC9DKqpVcbbnHdmqx3RN5CNkbg/s320/2.jpg
a.   Epidermis
Epidermis rnerupakan jaringan paling luar vang menutupi permukaan organ tumbuhan, seperti: daun, bagian bunga, buah, biji, batang, dan akar. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah dalam. Bentuk, ukuran, dan susunan, serta fungsi sel epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis organ tumbuhan. Ciri khas sel epidermis adalah sel–selnya rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Dinding sel epidermis ada yang tipis, ada yang mengalami penebalan di bagian yang menghadap ke permukaan tubuh, dan ada yang semua sisinya berdinding tebal dan mengandung lignin.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAkIomfIvz5j0W5P0bCafX_B3itOpZNkeX1Qd35-rKxNT6UkxNB57YaEMalqppJFVePhjQbcaHLo2lZt0ra0H1-Yz6_aHdi2gbfEc0hFh6aWeN7qKZtpYfSS7XdoWZrYWjxFAQQEPF-xM/s1600/4a.jpg
 
 
Seperti kita temukan pada biji dan daun pinus. Dinding luar sel epidermis biasanya mengandung kutin, yaitu senyawa lipid yang mengendap di antara selulosa penvusun dinding sel sehingga membentuk lapisan khusus di permukaan sel yang disebut kutikula. Di permukaan luar kutikula kadangkala kita temukan lapisan lilin vang kedap air untuk mengurangi penguapan air. Beberapa bentuk khusus sel epidermis yang telah berubah struktur dan fungsi diantaranya adalah: stomata (mulut daun) yang berperan sebagai tempat pertukaran gas dan uap air, trikoma yang berupa tonjolan epidermis dan tersusun atas beberapa sel yang mengalami penebalan sekunder. Trikoma ini berperan sebagai kelenjar yang mengeluarkan zat seperti terpen, garam, dan gula; rambut akar merupakan tonjolan epidermis akar yang memiliki dinding sel tipis dengan vakuola besar.]aringan epidermis tetap ada sepanjang hidup organ tertentu vang tidak mengalami penebalan sekunder. Pada beberapa tumbuhan vang berumur panjang, epidermis digantikan oleh jaringan gabus, bila batangnya menua.

b.   Periderm

Periderm adalah jaringan yang dibentuk secara sekunder dan menggantikan epidermis pada batang dan akar yang telah menebal akibat pertumbuhan sekunder. Hal itu tampak dengan jelas pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae yang berkayu. Daun tidak menghasilkan periderm, kecuali pada sisik pelindung tunas istirahat. Pada dikotil basah, periderm terdapat terutama di bagian tertua pada batang dan akar. Pada beberapa monokotil ditemukan periderm, pada mookotil lain ditemukan jenis jaringan pelindung sekunder yang berbeda. Pada waktu sebagian tumbuhan seperti daun atau ranting tanggal, periderm terbentuk di sepanjang permukaan yang terdedah. Pada luka, baik yang disebabkan secara mekanis atau akibat penyakit atau pun parasit, periderm amat penting dalam perkembangan lapisan pelindung di dekat jaringan yang luka atau mati itu. Pada beberapa familia dikotil, periderm terbentuk dalam xilem dan disebut gabus interxiler yang berperan dalam kematian batang pada tumbuhan annual secara alami. Istilah kulit kayu yang sering kali dipakai dalam percakapan sehari-hari perlu dinilai arti yang sebenarnya sehubungan dengan periderm yang merupakan sebagian daripadanya. ‘Kulit kayu’ adalah semua jaringan diluar kambium pembuluh. Jadi, pada stadium pertumbuhan sekunder, kulit kayu mencakup floem sekunder, serta periderm dan jaringa mati disebelah luar periderm. Namun, jika tumbuhan masih berada pada stadium primer, kulit kayu mencakup hanya floem primer, korteks, dan epidermis. Pada akar primer, istilah kulit kayu tidak digunakan karena leak berkas floem bergantian dengan xilem.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZVlGrW5b60RbF-BOPDbiV_1YdMzvOqy_-pLOY0_LpIDf2bOpiKUDlHy6TqziEbTO3P3DHjGobDesEyrLPwA2S0sdRME4b8zx0ISGMutyGNk4cweQycAXlTQBcMdcCCMFufLMao1neDzY/s320/5a.jpg
 


Periderm terdiri dari felogen (kambium gabus), yaitu meristem yang membentuk periderm; felem (sering disebut gabus), yakni jaringan pelindung yang dibentuk oleh felogen ke arah luar; dan feloderm, yakni jaringan parenkim yang dibentuk oleh felogen ke arah dalam. Jaringan di luar periderm akan mati akibat sisipan jaringan gabus (felen), diantara jaringa itu denga jaringan di bagian dalam yang masih hidup.
c.   Parenkim
Parenkim terdiri atas kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran, maupun fungsinya berbeda-beda. Sel-sel parenkim mampu mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa sehingga berperan penting dalam proses regenerasi. Sel-sel parenkim yang telah dewasa dapat bersifat meristematik bila lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim terutama terdapat pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah, dan endosperma biji. Sel-sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada parenkim xilem, parenkim floem, dan jari-jari empulur. Ciri utama sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta lentur. Beberapa sel parenkim mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem. Sel parenkim berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral yang besar. Ciri khas parenkim yang lain adalah sel-selnya banyak memiliki ruang antarsel karena bentuk selnya membulat.
Parenkim yang mempunyai ruang antarsel adalah daun. Ruang antarsel ini berfungsi sebagai sarana pertukaran gas antar klorenkim dengan udara luar. Sel parenkim memiliki banyak fungsi, yaitu untuk berlangsungnya proses fotosintesis, penyimpanan makanan dan fungsi metabolisme lain. Isi sel parenkim bervariasi sesuai dengan fungsinya, misalnya sel yang berfungsi untuk fotosintesis banyak mengandung kloroplas. Jaringan yang terbentuk dari sel-sel parenkim semacam ini disebut klorenkim. Cadangan makanan yang terdapat pada sel parenkim berupa larutan dalam vakuola, cairan dalam plasma atau berupa kristal (amilum). Sel parenkim merupakan struktur sel yang jumlahnya paling banyak menyusun jaringan tumbuhan.

Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKe892G-R5x32p808aGximDz8Lws1YeC9bIpXQ9bfwHHYa94KioKYTaO0pM2UuH4LbXYDp6fLtMVtTkxDZoK_wN9ZyZIO3IKLr1aU9nho2baIDwEig32qgoiwc7dTwnY45WRhQKEXLk30/s320/6a.jpg
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibagi menjadi bebrapa jenis jaringan, yaitu:
1)Parenkim Asimilasi
Biasanya terletak di bagian tepi suatu organ, misalnya pada daun, batang yang berwarna hijau, dan buah. Di dalam selnya terdapat kloroplas, yang berperan penting sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis,
2) Parenkim Penimbun
Biasanya terletak di bagian dalam tubuh, misalnya: pada empulur batang, umbi akar umbi lapis, akar rimpang (rhizoma), atau biji. Di dalam sel-selnya terdapat cadangan makanan yang berupa gula, tepung, lemak atau protein,
3) Parenkim Air
Terdapat pada tumbuhan yang hidup di daerah panas (xerofit) untuk menghadapi masa kering, misalnya pada tumbuhan kaktus dan lidah buaya,
4) Parenkim Udara
Ruang antar selnva besar, sel- sel penyusunnya bulat sebagai alat pengapung di air, misalnya parenkim pada tangkai daun tumbuhan enceng gondok
 
d.    Kolenkim
Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup yang bentuknya memanjang dengan penebalan dinding sel yang tidak merata dan bersifat plastis, artinya mampu membentang, tetapi tidak dapat kembali seperti semula bila organnya tumbuh. Kolenkim terdapat pada batang, daun, bagian-bagian bunga, buah, dan akar. Sel kolenkim dapat mengandung kloroplas yang menyerupai sel-sel parenkim. Sel – sel kolenkim dindingnya mengalami penebalan dari kolenkim bervariasi, ada yang pendek membulat dan ada yang memanjang seperti serabut dengan ujung tumpul.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoWh28svh5b5aTFUMrFkBz_pR2zxJGsktUdVAgWpQJ2G_EJ4CT66JkGrrqWb2mUuRtuRN-3VCV3Homx-xfA7OP8t4HRHWjIjuPRAGLuKvb-b7FLRUHML8PfPXlWanhQctKi_oF-uVab8s/s320/7a.jpg
 
Berdasarkan bagian sel yang mengalami penebalan, sel kolenkim dibedakan atas:
a. Kolenkim angular (kolenkim sudut), merupakan jaringan kolenkim dengan penebalan dinding sel pada bagian sudut sel;
b. Kolenkim lamelal, merupakan jaringan kolenkim yang penebalan dinding selnya membujur;
c. Kolenkim anular, merupakan kolenkim yang penebalan dinding selnya merata pada bagian dinding sel sehinggi berbentuk pipa.
e.    Sklerenkim
Sklerenkim merupakan jaringan penyokong tumbuhan, yang sel – selnya mengalami penebalan sekunder dengan lignin dan menunjukkan sifat elastis. Sklerenkim tersusun atas dua kelompok sel, yaitu sklereid dan serabut. Sklereid disebut juga sel batu yang terdiri atas sel – sel pendek, sedangkan serabut sel – selnya. panjangsklereid berasal dari sel-sel parenkim, sedangkan serabut berasal dari sel – sel meristem. Sklereid terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel – selnya membentuk jaringan yang keras, misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita dengan anyaman menurut pola yang khas. Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan pengangkut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9yal26SPVsXuC3IHy5RPMuvp5WwOFnAJJGty9xvTrKBCThxhGC4r_iWqhfH4eQledAoLS3bktEberWjnJtWLVvpkG7hZqtwigzZuPyaPHJSJLiJeS7DUQfRJuOKv6Vg-rzKpOfdCmwSQ/s1600/8a.jpg
 
f.    Xilem
Xilem merupakan jaringan kompleks karena tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan penebalan dinding sel yang cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai penyokong. Xilem juga tersusun atas serabut, sklerenkim, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam berbagai kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut juga sebagai pembuluh kayu yang membentuk kayu pada batang.
Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya.
Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung  selnya. Transpor air dan mineral pada trakea berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat noktah (celah) antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk pipa panjang (kapiler). Bentuk penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin spiral, atau jala.





g.    Floem
Pada prinsipnya, floem merupakan jaringan parenkim.Tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda, yaitu buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.

h.    Struktur sel sekresi
Sel sekresi tidak merupakan bagian jaringan tertentu, melainkan berada dalam jaringan lain, baik primer maupun sekunder, sebagai sel terpisah atau dalam kelompok. Struktur sel sekresi terdapat di permukaan tumbuhan sebagai rambut dan nektarium, namun dapat pula berada di dalam tubuh sebagai rongga atau saluran sekresi. Sel lateks, yang dapat berupa sel panjang bercabang atau tak bercabang namun senantiasa menghasilkan cairan seperti getah, termasuk struktur sel sekresi dalam.
B. Hubungan Anatomi Tumbuhan Dengan Ilmu Lainnya

 

Dalam mempelajari tumbuhan dari segi hortikultural, agronomi, patologi, maupun ekologi, senantiasa diperlukan pemahaman mengenai bentuk dan struktur tumbuhan sehubungan dengan fungsinya.

 

Dalam hubungan dengan antar ilmu, anatomi tumbuhan berperan penting. Tafsiran yang sesungguhnya dari fungsi bagian tumbuhan bertumpu pada pengetahuan yang baik tentang sel dan jaringan yang berkaitan dengan fungsi tersebut. Contohnya adalah pada fotosintesis, gerakan air, translokasi makanan, dan penyerapan oleh akar. Dalam patologi tumbuhan, pengaruh penyakit tak dapat dipahami dengan baik tanpa memahami struktur normal jaringan yang terserang. Selain itu, penangkisan efek penyakit atau parasit, bahkan kerentanan terhadap penyakit itu sendiri dapat terungkap oleh adanya perubahan struktur atau kekhasan struktur inang.

 

Keberhasilan atau kegagalan praktek hortikultura seperti pemangkasan, penempelan, propagasi vegetatif, dan peristiwa pengiringnya seperti pembentukan kalus, penyembuhan luka, regenerasi, dan perkembangan akar dan tunas baru, akan lebih berguna jika sifat struktur yang melandasi semua peristiwa itu dipahami dengan benar. Salah satu segi penelitian tumbuhan yang mutakhir adalah kajian tentang perkembangan dan organisasi yang dilakukan berdasarkan korelasi antara perubahan biokimiawi dan struktur dalam tanaman percobaan. Korelasi ini lebih meluaskan pemahaman tentang struktur yang berkembang dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan hanya memperhatikan perubahan biokimiawi yang mengungkapkan informasi tentang jumlah, ukuran, dan struktur sel.

 

 

C.     Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

 

Definisi Lingkungan

 

Lingkungan jika dilihat secara makna liter like berarti segala sesuatu benda baik hidup maupun mati yang ada di sekitar kita. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkari. Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam literatur lain lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan prilkunya serta makhluk hidup lainnya (Pristiadi Utomo).

 

Sebagai makhluk hidup, siswa selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam system tersebut.


            Lingkungan merupakan kesatuan ruang semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan prilkunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk siswa. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa.

 

Lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu siswa berinteraksi dengan manusia lain adan dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati (Pristiadi Utomo). Jadi, kapan saja dan di mana saja, ketika ada interaksi anatara pebelajar dengan sumber belajar. Tentu saja guru bukan satu-satunya sumber belajar. Apapun, baik lingkungan, nuansa, alat, bahan-bahan lain bisa berfungsi sebagai sumber belajar.

 

Jenis-jenis Lingkungan sebagai Sumber Belajar


Kita telah mengenal adanya tiga jenis lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu :


1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi sosial dengan kehidupan bermasyrakat seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur kepemerintahan dan agama. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan social sebagai sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat seperti keluarga, tetangga, Rukun Tetangga dan sebagainya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik.


2. Lingkungan Alam

Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiyah seperti keadaan geografi, iklim, suhu, udara, musim, dan lain sebagainya. Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam.
Asepk-aspek lingkungan alam tersebut dapat dipelajari secara langsung oleh peserta didik dengan cara-cara yang telah disebutkan sbelumnya. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adlah-adalah kerusakan-kerusakan alam termasuk faktor penyebabnya.

 

3. Lingkungan Buatan

Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami ada juga disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan tertentu yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari beberapa aspek prosesnya, pemanfaatannya, pemeliharaannya serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan mansyarakat pada umumnya.
Ketiga lingkungan belajar di atas dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar mengajar melalui perencanaan yang seksama oleh guru bidang studi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran bidang studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan peserta didik atau dalam waktu khusus yang sengaja disipkan pada akhir semester atau pertengahan semester.



BAB III

PENUTUP

 

A. KESIMPULAN

1.      Struktur umum anatomi akar dari luar ke dalam adalah epidermis, korteks, endodermis dan stele (xylem,floem).

o   Akar primer adalah akar yang terus tumbuh membesar dan memanjang, akar ini akan menjadi akar pokok yang menopang. Akar primer sering juga disebut dengan akar tunggang dan akar lembaga.

o   Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau akar cabang. Pertumbuhan sekunder dijumpai di khas pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae.

2.      Perbedaan akar primer dan akar sekunder

Pertumbuhan primer pada akar dikotil menyebabkan akar tersebut tumbuh memanjang masuk kedalam tanah. Sedangkan pertumbuhan sekunder pada akar dikotil terdapat cambium yang menyebabkan pembesaran diameter.

 

B. SARAN

Dalam makalah yang kami buat terdapat pengertian akar primer dan akar sekunder, dengan struktur umumnya serta dapat dilihat perbedaan akar primer dan sekunder tersebut. Tapi kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan informasi dalam makalah ini, karena topik yang dibahas hanya seputar itu yang sesuai judul makalah. Dan penulis juga bersedia apabila ada yang menambahkan informasi tentang akar beserta strukturnya.

 
 
DAFTAR PUSTAKA

 

http://dieena.wordpress.com/2012/05/28/struktur-perkembangan-tumbuhan-ii-4/

http://struktur-primer-dan-sekunder-akar.html

http://nanang-yuliyanto-Akar-Tanaman.htm

http://akar-1.html

Tjitrosomo, Siti Sutarmi., (1983), Botani Umum 2, Bandung: penerbit ANGKASA Bandung

Nugroho, L. Hartanto dkk,(2010), Struktur& Perkembangan Tumbuhan, Jakarta: Penebar Swadaya

Estiti,B Hidayat, (1995), Anatomi Tumbuhan Berbiji, Bandung: Penerbit ITB Bandung

 

 

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 







 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar