KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena kehendak-Nyalah
kami dapat menyelesaikan buku ini dengan sebaik-baiknya.Buku ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Tumbuhan yang berjudul “Jaringan
Sklerenkim”.Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan kami dari kelompok 4
yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.Dan kami mengucapkan terima kasih
kepada yang telah membimbing kami pada mata kuliah Anatomi
Tumbuhan.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada buku ini.Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan
ilmu pengetahuan ini.Akhirnya kami mengucapkan terima kasih atas segala masukan
dan saran untuk menyempurnakan buku ini dan semoga buku ini dapat bermanfaat
terutama bagi yang membacanya.
Pekanbaru, Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...................................................... i
DAFTAR ISI................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................
A. Latar Belakang................................................ .... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................... .... 5
A. Pengetrtian Jaringan Sklerenkim..................... .... 5
B. Ciri-ciri Jaringan Sklerenkim........................... .... 6
C. Letak Jaringan Sklerenkim.............................. .... 7
D. Macam-macam Jaringan Sklerenkim............... .... 9
E. Fungsi Jaringan Sklerenkim............................ .. 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
IDENTITAS PENULIS
SKLERENKIM
Disusun oleh
Mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UIR
PROGRAM STUDI
BIOLOGI
ANGKATAN 2012
Cetakan, I tahun 2014
Tebal halaman 23
Tata Letak
NIATI
Pra Cetak
Nova Novianti
Desain Sampul
RAFI. FC
Dilarang menggandakan atau mengcopy
Sebagian atau seluruh isi buku ini
Tanpa izin dari penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Ukuran dan struktur sel demikian kecilnya untuk dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Sel merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan memiliki mekamisme kerja yang sangat terkoordinasi dan hidup. Kumpulan dari dua atau lebih sel, membentuk suatu jaringan yang di dalamnya saling bertautan antara satu sel yang satu dengan sel yang lain.
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Ukuran dan struktur sel demikian kecilnya untuk dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Sel merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan memiliki mekamisme kerja yang sangat terkoordinasi dan hidup. Kumpulan dari dua atau lebih sel, membentuk suatu jaringan yang di dalamnya saling bertautan antara satu sel yang satu dengan sel yang lain.
Jaringan
adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama. Jaringan pada
tumbuhan dan hewan berbeda. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang
ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang ilmu
biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah
histopatologi. Jaringan pada tubuh tumbuhan dikelompokkan berdasarkan
tempatnya dalam tumbuhan, tipe sel,
fungsi, asal dan tahap perkembangannya.
Berdasarkan
jumlah tipe sel penyusunnya, jaringan dibedakan menjadi jaringan sederhana dan
jaringan rumit. Jaringan sederhana bersifat homogeni, hanya terdiri atas satu
tipe sel sedangkan jaringan rumit bersifat heterogen, terdiri atas dua atau
lebih sel. Parenkim, kolenkim,sklerenkim adalah jaringan sederhana, sedangkan
xilem, floem,dan epidermis adalah jaringan rumit.
Di
tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam tiga system berdasarkan kesinambungan
topografi yakni sistem dermal, sistem jaringan pembuluh, dan sistem
jaringan dasar. Sistem dermal meliputi epidermis, yakni pelindung primer
(pertama) bagi bagian luar tubuh, dan periderm, yang menggantikan epidermis
pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder. Sistem jaringan pembuluh
terdiri dari xilem yakni yang mengangkut air dan garam dalam tanah,
dan floem yang mengangkut hasil fotosintesis. Sistem jaringan dasar mencakup
jaringan yang membentuk dasar bagi tumbuhan, namun sekaligus juga dapat
menunjukkan spesialisasi.
Jaringan
dasar utama adalah parenkim dengan semua ragamnya, kolenkim, yakni jaringan
yang berdinding tebal dan sel tetap hidup, sklerenkim yakni jaringan berdinding
tebal dan sering kali berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati.Dalam
tubuh tumbuhan, jaringan tersebar dalam pola khas bagi kelompok tumbuhan yang
bersangkutan. Pada dasarnya ada kemiripan dalam pola penyebaran jaringan pada
tumbuhan dikotil sebab jaringan pembuluh tertanam dalam jaringan dasar dan
sistem dermal merupakan penutup di sebelah luar.
Pada
tumbuhan dikotil, misalnya jaringan pembuluh batang membentuk silinder
berongga. Rongga tersebut terisi jaringan dasar (empulur) dan ada pula yang
berada diantara silinder pembuluh dan system dermal (korteks). Pada daun,
jaringan pembuluh membentuk system yang beranastomosis dalam jaringan dasar
yang terdiferensiasi sebagai mesofil pada akar dapat ditentukan silinder
jaringan pembuluh yang seringkali tidak mengelilingi empulur
(korteks). Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai jaringan
sklerenkim, yaitu ciri-ciri jaringan sklerenkim, macam-macam jaringan
sklerenkim, letak jaringan sklerenkim, serta fungsi dari jaringan sklerenkim.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian jaringan sklerenkim
Perlu
diketahui bahwa sebutan sklerenkim diambil dari kata Yunani yang merupakan
kombinasi dari kata sclerous yang
artinya keras, dan kata enchyma yang
berarti “infusion”, yang arti keseluruhannya dimaksudkan pada kerasnya dinding
sel. Adapun sel-sel yang menyusun jaringan sklerenkim adalah sel-sel
sklerenkim. Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penyokong yang terdapat pada
organ tubuh tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan sklerenkim tersusun oleh
sel-sel mati yang seluruh bagian dindingnya mengalami penebalan sehingga
kuat, sel-selnya lebih kaku daripada sel kolenkim, sel sklerenkim tidak
dapat memanjang. Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penguat
dengan dinding sekunder yang tebal.
A. Ciri-ciri jaringan sklerenkim
Ø Selnya
mati
Ø Dindingnya
berlignin (zat kayu) dan mengandung selulosa dinding sel. Sehingga sel-selnya
menjadi kuat dan keras. Penebalan lignin terletak pada dinding
sel primer dan sekunder dan dinding menjadi sangat tebal
Ø Umumnya terdapat pada batang dan
tulang daun
Ø Jaringan
sklerenkim tersusun dari sel-sel dengan dinding yang keras.
Ø Hanya
ada sedikit ruang untuk protoplas yang nantinya hilang jika sel dewasa
Ø Sel-sel
yang terdiri dari jaringan sklerenkim mungkin terbagi menjadi 2 tipe : serat (fibre)
atau sklereid
Ø Serat
atau fibre biasanya memanjang dengan dinding berujung meruncing pada penampang
membujur (longitudinal section; L.S.)
Ø Terdapat
pada bagian keras buah dan biji. Bagian bergerigi pada buah pir disebabkan oleh
sel-sel batu (stone cell, sklereid).
B.
Letak
jaringan sklerenkim
Jaringan
sklerenkim terdiri atas sel-sel yang bersifat mati dan seluruh bagian dinding
selnya mengalami penebalan. Letaknya adalah di bagian korteks, perisikel, serta
di antara xilem dan floem. Jaringan sklerenkim pada bagian keras biji dan buah
berupa sklereida. Sklereid juga terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel – selnya
membentuk jaringan yang keras, misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji dan
mesofil daun. Serabut berbentuk pita dengan anyaman menurut pola yang khas.
Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan pengangkut.
Gambar
3: Sklerenkim yang tersebar luas
Gambar 4: Sklerenkim
yang beruntai
C.
Macam-macam
sel sklerenkim
Umumnya
jaringan sklerenkim terdiri atas zat lignin dan tidak mengandung protoplas.
Sel-sel sklerenkim hanya dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak lagi
mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas
serat-serat sklerenkim (fiber) dan sel-sel batu (sklereid).
Ø Serat-serat
sklerenkim (fiber)
Serat-serat
sklerenkim terdiri atas sel-sel yang berukuran panjang ± 2 mm dan samping yang
ujungnya runcing. Serat-serat sklerenkim merupakan sel-sel yang sudah mati.
Dinding selnya mengalami penebalan dari zat kayu dan mengandung lamela-lamela
selulosa sehingga lumen selnya sempit. Serat ini berbentuk poligon, yaitu segi
lima atau segi enam. Noktah-noktahnya sempit yang berbentuk bagai
saluran-saluran sempit miring. Serat-serat sklerenkim pada tumbuh-tumbuhan
terbentuk bersamaan dengan saat-saat terhentinya pertumbuhan organ-organ pada
tumbuhan.
Gambar 5: Serat-serat
sklerenkim
Serat-serat
sklerenkim terdapat dalam bentuk untaian yang terpisah - pisah atau dalam
bentuk lingkaran di dalam korteks dan floem, dalam kelompok-kelompok yang
tersebar dalam xilem dan floem. Pada Gramineae, serat-serat
sklerenkim tersusun dalam suatu sistem berbentuk lingkaran berlekuk-lekuk yang
dihubungkan dengan epidermis. Ada dua macam jenis serat sklerenkim, yaitu
sebagai berikut.
(1) Serat di Luar Xilem
(Ekstraxilari)
Serat
ekstraxilari ada yang berlignin dan ada pula yang tidak. Serat ini dapat
digunakan untuk membuat tali, karung goni, dan bahan dasar tekstil untuk
pakaian, sarung
tangan, dll. Serabut extraxilar. Umumnya berupa unsur panjag dengan ujung
runcing, tumpul atau bercabang dan dindingnya sangat tebal.
(2) Serat Xilem
(Xilari)
Jenis
serat ini merupakan komponen utama kayu karena dindingnya mengandung lignin
yang menyebabkan dindingnya keras dan kaku.Serat xilem merupakan bagian
jaringan pembuluh dan berkembang dari prokambium, yakni jaringan yang
menghasilkan jaringan pembuluh.Serabut merupakan lapisan paling dalam dinding
sekunder, berisi banyak selulosa dan sedikit lignin.Serabut xilar : Strukturnya
sangat bervariasi karena ukuran, bentuk, tebal dinding selnya berbeda-beda.
Umumnya sulit dibedakan dengan trakeid karena letak serta fungsinya sangat erat
.
Beberapa
spesies tumbuhan mempunyai serat-serat sklerenkim yang bernilai ekonomis
tinggi, misalnya serat manila yang digunakan sebagai bahan dasar tali..
b) Sel-sel batu (sclereid)
Sel
sklerenkim dapat berbeda dalam bentuk,
struktur,
asal, dan perkembangannya. Banyak di dapati bentuk-bentuk transisi diantara
berbagai variasi bentuk, kerena itu sukar untuk mengklasifikasikan berbagai
tipe sklerenkima. Biasanya sklerenkim dibagi menjadi serat dan sklereid. Serat
biasanya didefinisikan sebagai sel panjang dan sklereid sebagai sel pendek.
Namun
batasan ini tidak memadai, sebab ada sklereid yang sangat panjang dan ada serat
ang relatif pendek. Noktah pada sklerenkima sangat sempit, dengan apertur
bulat, dan pada sklereid jumlahnya lebih banyak. Rongga noktah pada sklereid
sering kali berbentuk saluran bercabang-cabang yang diakibatkan oleh bertambah
tebalnya dinding sel.
Telah
diusahakan untuk membedakan serat dan sklereid berdasarkan asal-muasal
unsur-unsurnya. Sklereid berkembang dari sel parenkima yang dindingnya
mengalami penebalan sekunder, sedangkan serat berkembang dari sel meristem dan
dengan demikian mereka itu ditentukan dari asalnya. Akan tetapi, penelitian
yang lain menunjukkan bahwa definisi tersebut juga tidak memadai karena kurang
konsisten. Tidak hanya sulit untuk membedakan diantara berbagai tipe sel-sel
sklerenkima karena adanya bentuk-bentuk transisi, tetapi juga agak sukar untuk
membedakan antara sklerenkima dan parenkima karena adanya sel parenkima
berdinding sekunder yang yang tebal, seperti misalnya parenkima xilem.
Sklereid
ternyata mempunyai bentuk, penebalan dinding sel, ukuran, dan jumlah noktah
yang bermacam-macam pula. Jadi bentuk dan besar diameternya berbeda-beda.
Beberapa sel sklereid berbentuk agak memanjang dan beberapa lainnya berebentuk
seperti sel-sel parenkim, misalnya sel-sel sklereid pda dinding buah dan
biji-biji.
Sklereid
bentuknya sangat bervariasi dari isodiametrik sehingga sangat tidak beraturan,
bahkan ada yang bercabang. Sklereid berdindinding sangat tebal dan berlignin, kadang-kadang memperlihatkan
lapisan konsentrik yang dikoyak-koyak oleh noktah sederhana. Noktah ini sering
bercabang karena fungsinya dua atau lebih rongga noktah selama proses penebalan
dinding sekunder. Sel-sel
batu terdapat dalam semua bagian tumbuhan, terutama di dalam kulit kayu,
pembuluh tapis, dalam buah atau dalam biji. Pada tempurung kelapa (Cocos
nucifera) hampir seluruhnya terdiri atas sel-sel batu. Sel-sel batu pada buah
dapat memberikan ciri khas, misalnya tekstur berpasir pada kulit buah dan
daging buah pir (Pyres communis) atau butiran seperti pasir pada daging buah
jambu biji (Psidium guajava).Untuk memahami struktur sel-sel batu ini,
perhatikan Gambar 6.
Gambar
6: Struktur sel-sel batu (sklereid)
Tschirc (1889)
mengusulkan pembagian sklereid ke dalam empat tipe:
1. Brakisklereid
atau sel batu
Bentuknya lebih kurang isodiametrik; sklereid
semacam itu biasanya dijumpai dalam floem, korteks, dan kulit batang serta
dalam daging buah pada buah tertentu seperti pir (Pyrus communis) dan Cydonia
oblonga.
2. Makrosklereid,
sklereid bentuk tongkat
Sklereid seperti itu sering kali memebentuk suatu lapisan
kontinyu dalam testa biji Leguminoseae.
3. Osteosklereid
Sklereid bentuk kumparan atau tulang, ujungnya membesar,
bercuping, dan kadang-kadang bahkan agar bercabang, sklereid sepeti itu
terutama dijumpai daam kulit biji dan kadang-kadang juga dalam daun dikotiledon
tertentu.
4. Asterosklereid
Mempunyai percabangan beragan dan sering kali berbentuk
bintang, sklereid seperti itu terutama dijumpai dalam daun.
5. Trikosklereid,
diusulkan oleh Bloch (1946).
Sklereied
ini sangat memanjang, agak seperti rambut, dan biasanya berupa sklereid dengan
satu percabangan yang teratur.
Istilah-isitlah
tambahan untuk tipe-tipe sklereid, seperti misalnya filiform, fibriform,
kolumnar, dan polimorfik, yang terdapat dalam daun, digunakan oleh banyak
pengarang (misalnya Rao & Chin, 1996)
Dalam
tubuh tumbuhan, sklereid terbentuk di berbagai tempat yang berbeda. Pada banyak
tumbuhan sklereid terbentuk sebagai kumpulan sel yang padat di bagian dalam
jaringan parenkima yang lunak. Organ-organ tertentu seperti misalnya kulit
kenari serta banyak biji batu dan selaput biji lainnya, seluruhnya dibentuk
dari sklereid. Pada banyak tumbuhan sklereid kelihatan sebagai idioblas, yakni
sebagai sel-sel yang dengan mudah dibedakan dari sel-sel jaringan sekitar
karena ukuran, bentuk, dan ketebalan dindingnya. Sklereid idioblas sangat
beragam bentuknya.
Sklereid
dengan bentuk yang istimewa dijumpai dalam daun berbagai tumbuhan, misalnya
Gnetum, Camellia, Trochodendron, Nymphaea, Cyatocalyx, Desmos, Phaeanthus,
Horsfielda, Salvadora, Monstera, dan Olea dan dalam akar udara Monstera. Dalam
mesofil daun sklereid dapat juga tidak dapat tersebar secara tidak teratur
(sklereid tersebar), misalnya dalam Trochodendron, Olea, Osmanthus, dan
Nymphaea; atau sklereid itu berbatasan dengan ujung pembuluh (sklereid
terminal), misalnya dalam Mouriri, Boronia, Arthrocnemum, Capparis spinosa dan
spesies dari Salvadoraceae. Sel-sel sklerenkima memanjang yang terdapat dalam
mesofil Myrtaceae dan beberapa famili lainnya sering kali dikenal sebagai
serat.
Pada beberapa tumbuhan, misalnya Magnoliaceae, sklereid dijumpai
dalam hampir seluruh organ; dalam korteks dan empulur batang, daun, stipula,
perhiasan bunga, reseptakel, buah, dan jarang dalam akar. Di antara tipe-tipe sklereid terdapat juga suatu tipe sel yang
mirip trakeid, yakni idioblas trakeoid. Trakeoid-trakeoid semacam itu dijumpai,
misalnya, dalam spesies Salicornia dan dalam tangkai perbungaan beberapa
anggrek.
Mengenai
sel-sel batu ini sering disebut sebagai ”grit cells” atau sel-sel pasir yaitu
yang terdapat dalam buah yang berdaging karena berukuran kecil-kecil dan tidak
jarang pula disebut sebagai brachysclereid, yaitu sel batu yang bentuknya
seperti insang ikan, macrosclereid atau ”rodcell” adalah sebutan bagi sklereid
yang mempunyai bentuk ekstrim seperti bentuk tongkat, osteosclereid atau ”bone
cells” adalah sebutan bagi sklereid yang berbentuk tulang, astroscklereid atau
”stelate cells” adalah sebutan bagi sklereid yang berbentuk bintang,
trichosclereid atau ”internal hairs” yaitu sebutan bagi sklereid yang berbentuk
rambut dalam suatu alat atau jaringan.
Sklereid
terdapat dalam semua bagian dari tumbuhan, terutama di dalam kulit kayu,
pembuluh tapis, dalam buah atau biji. Mengenai hal ini rupanya sama halnya
dengan serat-serat sklerenkim yaitu sel-selnya ada yang terdapat secara
soliter, dalam kumpulan beberapa sel atau yang terdapat dalam suatu jumlah yang
besar. Sklereid ini disebut sebagai sel-sel batu, sebutan ini dikaitkan dengan
sifat bagian-bagian yang keras seperti tempurung, biji-biji atau bagian-bagian
yang keras pada buah. Gambaran-gambaran selanjutnya tentang sel-sel sklereid
ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Dalam
daun dan buah yang berdging banyak terdapat sel-sel batu yang letaknya
tersebar,
b. Dinding
sel-sel sklereid tersususn dari selulosa dan banyak mengandung zat lignin yang
tebal dan keras, dan zat inilah yang menjadikan jaringannya kuat dan kaku,
c. Kadang-kadang
sel-sel sklereid mengandung pula zat suberin dan kutin,
d. Mempunyai
noktah-noktah yang sempit yang celah-celahnya bundar sehingga merupakan
saluran, disebut ”pit canal” atau saluran noktah, noktah-noktah ini dapat
bercabang-cabang.
e. Lumen
sel sangat sempit sehubungan dengan terbentuknya penebalan-penebalan dinding selnya.
Perkembangan
sklereid bercabang serta sel serat yang panjang menimbulkan penyesuain di
antara sel serat mengindikasikan kebebasan dari pengaruh sel di
sekelilingnya. Mula-mula bakal sel sklereid bercabang tidak berbeda dari sel
parenkim di sekitarnya. Namun, selanjutnya cabang sel sklereid tumbuh memasuki
ruang antarsel di hadapannya bahkan menyelinap di antara sel lain.
Dengan
demikian, sklereid mmperoleh kontak baru dengan sel lain. Pertumbuhan sel
sklereid dimulai dengan pertumbuhan terkoordinasi dan dilanjutkan dengan
pertumbuhan intrusif pada cabangnya.
Brakisklereid
yang khas berkembang dari sel-sel parenkima melalui penebalan sekunder dnding
selnya. Dinding sekunder ini sangat tebal, dan lapisan-lapisan konsentris yang
sangat banyak serta noktah yang bercabang biasanya dapat dibedakan di dalamnya.
Selama proses penebalan dinding, permukaan sebelah dinding itu menyusut dan
noktah yang mulai berkembang di sisi luar dinding sekunder tadi terkumpul.
Pertimbangan secara fisiologik untuk terjadinya sklerifikasi sel-sel parenkima
tidaklah diketahui, tetapi Bloch (1944) melihat adanya suatru kenyataan bahwa
sel-sel batu sering kali muncul dekat jaringan-jaringan luka sehingga diduga
bahwa mereka berkembang sebagai reaksi terhadap beberapa gangguan fisiologik.
Dalam kulit pohon perubahan sel-sel parenkima menjadi sklereid, dalam hal ini,
diduga adalah usia jaringannya.
Penelitian
yang baru-baru ini dilakukan menyingkapkan bahwa walaupun dalam meriste luka
dari daun yang terluka adala sel-sel tertentu berkembang menjadi sklereid,
jaringsan luka mempunyai pengaruh pencegah terhadap diferensiasi sklereid dalam
lamina daun yang sedang berkembang yang biasanya membentuk sklereid.
Contoh
menarik lainnya dari perkembangan sel-sel batu ialah dalam sel bersinambung
dalam serat-serat floem. Sewaktu batang tumbuhan dengan silinder seperti itu
tumbuh melebar, maka sel-sel parenkima yang bertetangga menembus ke dalam
ruangan-ruangan yang terbentuk diantara serat-serat silinder tersebut. Sel-sel
parenkima kemudian berbelah dan mengalami sklerifikasi dengan demikian menutupi celah yang terbentuk
dalam sili nder (haberlandt, 1918).
Sebagai
suatu hasil penyelidikan tentang perkembangan ontogenetik dari tipe sklereid
bercabang dalam daun Terochodendron aralioides dan Mourira huberi, daun
Memecylon sp., daun Olea, Nymphaea odorata, dan dalam akar udara Monstera telah
dipahami kenyataan-kenyataan hisyogenetik yang berikut.
Dalam
semua contoh di atas, sklereid berkembang dari inisial-inisial kecil berdinding
tipis. Inisial-inisial ini mula-mula dibedakan dari sel-sel sekitarnya oleh
adanya nukleus dan nukleolus yang lebih besar. Sejak tahap-tahap awal
perkembangannya, inisial itu mulai bercabang dan dengan demikian memperoleh
bentuk skelreid dewasa. Cabang dan tonjolan sklereid menembus ke dalam
ruang-ruang antarsel, tetapi pertumbuhan intrusif dari cabang-cabang tersebut,
di antara dinding yang bersatu dengan dinding sel-sel tetangga, juga umum
terjadi.
Tingkatan
penoktahan sklereid-sklereid ini bersifat tidak tetap. Sklereid biasanya diteranbgkan
sebagai sel-sel mati sewaktu dewsa, tetapi telah diketahui bahwa protoplas
dapat tetap aktif sepanjang hidup organ yang mengandun g sklereid tersebut.
Dalam daun yang tidak gugur dan dalam batang-batang tertentu sklereid kadang-kadang
dapat hidup selama 4-5 tahun. Protoplas sel batu dalam buah pir dan Cydonia
oblonga juga tetap hidup untuk periode yang cukup panjang. Menurut Alexandrov
dan Djapareidze (1927), selama proses pemasakan buah Cydona oblonga, sel-sel
atu menjalani proses deliknifikasi, yang diperkirakan merupakan indikasi
aktivitas enzimatik dari protoplas sel batu itu sendiri.
D.
FUNGSI
JARINGAN SKLERENKIM
Fungsi jaringan sklerenkim,
yaitu :
1. Sebagai alat penyokong
melindungi dan menguatkan bagian dalam sel.
2. Memberikan kekuatan
mekanik ketubuh tanaman.
3. Aktifitas serat sklerenkim
melindungi tanaman dari berbagai stress dan strain factor lingkungan. Serat buah-buahan
dan biji membantu penyebaran mereka dengan angin.
4. Memberikan dukungan
mekanis untuk menanam dengan memberikan kekakuan, fleks bilitas dan elastisitas
ketubuh tanaman.
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1: Jaringan Sklerenkim
Gambar
2: Sklerenkim di bagian korteks
Gambar
3: Sklerenkim yang tersebar luas
Gambar 4: Sklerenkim
yang beruntai
Gambar
5: Serat-serat sklerenkim
Gambar
6: Struktur sel-sel batu (sklereid)
IDENTITAS PENULIS
Nama : NIATI
Tempat/tanggal lahir : DUMAI,
05 OKTOBER 1992
Cita-cita : Berguna bagi diri sendri kluarga dan semua
Hobi : MEMASAK
Riwayat pendidikan :
1. SD N 006 TELUK MAKMUR, DUMAI
2. MTS N 02 DUMAI
3. SMA N 5 DUMAI
4. Sedang melanjutkan study di universitas islam riau, fakultas pendidikan program study biologi.
Moto : “ Hidup itu hanya
sekali, maka manfaatkan lah dengan sebaiknya “
Pesan : belajarlah merendah sampai tak seorangpun
yang bias merendahkn mu
Nama : NOVA NOVIATI
Tempat/tanggal lahir : Bengkalis,
29 November 1994
Cita-cita : Pengusaha
Hobi : Dengar musik
Riwayat pendidikan :
1.
SD N 08 BENGKALIS
2.
SMP N 1 BENGKALIS
3.
SMA N 1 BENGKALIS
4.
Sedang melanjutkan study
di universitas islam riau, fakultas pendidikan
program study biologi.
Moto : Selalu
ada jalan bagi kita yang\ mau berusaha
Pesan : berusaha lah untuk menjadi yang terbaik
Nama :
ENDANG DARYATI
Tempat/tanggal lahir : RIAU,
03 Desember 1994
Cita-cita : Pengusaha
Hobi : Mendengar musik
Riwayat pendidikan :
1.
SD N 184/IX SUMBER AGUNG
2.
SMP N 32 MUARO JAMBI
3.
SMA N 6 SIAK
4.
Sedang melanjutkan study
di universitas islam riau, fakultas pendidikan program study biologi.
Moto : “ Hidup harus di
lakukan, jangan sekedar di fikirkan “ bukan berarti kita melakukan tanpa
memikirkan
Pesan : Bersikap tulilah kamu terhadap orang-orang
yang mengucilkan mu karena tanpa disadari mereka iri padamu.
Nama : ARIS SETIAWAN
Tempat/tanggal lahir : TANJUNG
PINANG, 03 Oktober 1994
Cita-cita : Hafizh Qur’an
Hobi : Membaca al-qur’an, membaca buku
Riwayat pendidikan :
1.
SD N 006 TANJUNGPINANG
2.
MTS N TANJUNGPINANG
3.
MAN TANJUNGPINANG
4.
Sedang melanjutkan study
di universitas islam riau, fakultas pendidikan program study biologi.
Moto : -
Pesan : -
Nama :
SURYA FATMARISKY
Tempat/tanggal lahir : Pekanbaru,
11 April 1994
Cita-cita : Syahid di jalan ALLAH
Hobi : Olahraga
Riwayat pendidikan :
1.
SDN 012 Ujung Batu Rohul
2.
SMPN 04 Kunto Darrussalam
3.
SMAN 01 Kunto Darrussalam
4.
Sedang melanjutkan study
di universitas islam riau, fakultas pendidikan
program study biologi.
Moto : -
Pesan : -
Kesan : -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar