MAKALAH ANATOMI
TUMBUHAN
DOSEN PEMBIMBING : IBNU HAJAR
S.PD M.PD
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK
Agnesia Patria
Ekky Dwi Putra
Dwi Trisnaning
Asri
Hertin
Verginawati
Kurnia
Afrianti
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT.
Karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga Penyusunan Makalah ini
telah dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti
mata kuliah Anatomi Tumbuhan
Selesainya penyusunan ini berkat
bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat
:
1.
Bapak Ibnu Hajar S.Pd, M.P.yang telah mendukung dan memberi ide dan memberi saran
dan motivasi terhadap penulis karna
dukungan Bapaklah makalah ini telah
selesai dengan apa yang di inginkan oleh
penulis. Dengaan ini kami mengucapkan ribuan terimakasih kepada Bapak Ibnu
Hajar S.Pd M.P
2.
Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan
moril dan materil
3.
Serta kerabat-kerabat dekat dan
rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan. Semoga Allah SWT, memberikan
balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif
sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten.
Amin.
Pekanbaru, Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR
ISI......................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Perkembangan
Anatomi Tumbuhan........................................... 2
B. Hubungan
Anatomi Tumbuhan Dengan Ilmu Lainya.............. 21
C. LingkunganSebagai
Sumber Belajar........................................... 22
Bab
III PENUTUP............................................................. 25
A. Kesimpulan.............................................................. 25
B. Saran......................................................................... 25
DAFTAR
PUSTAKA............................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
Anatomi tumbuhan atau filoanatomi adalah analogi
dari anatomi manusia atau hewan. Sasaran anatomi adalah untuk memahami fungsi
struktur, baik secara makro dan mikro. Anatomi tumbuhan, sebagai salah satu
disiplin ilmu yang terinci merupakan salah satu bagian botani yang tertua. Dalam
mempelajari tumbuhan dari segi hortikultura, agronomi, patologi, maupun
ekologi, senantiasa diperlukan pemahaman mengenai bentuk dan struktur tumbuhan
sehubungan dengan fungsinya.
Anatomi tumbuhan memiliki peranan yang sangat
penting dalam hubungan antarilmu. Karena tafsiran yang sesungguhnya dari fungsi
bagian tumbuhan bertumpu pada pengetahuan yang baik tentang sel dan jaringan
yang berkaitan dengan fungsi tersebut. Contohnya adalah pada fotosintesis,
gerakan air, translokasi makanan, dan penyerapan oleh air. Dalam patologi
tumbuhan, pengaruh penyakit tak dapat dipahami dengan baik tanpa memahami
struktur normal jaringan yang terserang. Selain itu, penangkisan efek penyakit
atau parasit, bahkan kerentanan terhadap penyakit itu sendiri dapt terungkap
oleh adanya perubahan struktur atau kekhasan struktur inang. Keberhasilan atau
kegagalan praktek hortikultura seperti pemangkasan, penempelan, propagasi
vegetatif, dan peristiwa pengiringnya seperti pembentukan kalus, penyembuhan
luka, regenerasi, dan perkembangan akar dan tunas baru, akan lebih berguna jika
sifat struktur yang melandasi semua peristiwa itu dipahami dengan benar.
Oleh sebab itu, anatomi tumbuhan merupakan cabang
ilmu botani yang sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul
pada tumbuhan. Tanpa mengetahui struktur sel, jaringan, dan organ dari tubuh
tumbuhan, tentu saja tidak akan mengetahui masalah dan tindakan yang harus
dilakukan apabila tumbuhan tersebut mengalami penyakit atau tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Anatomi Tumbuhan
Sejarah
Penemuan Sel
Anatomi tumbuhan merupakan ilmu botani murni yang mempelajari struktur
(sel,jaringan,organ) dalam organ tumbuhan dengan metode pengirisan
(mikroteknik). Anatomi Tumbuhan sangat erat hubungannya dengan ilmu dasar yang
lainnya seperti fisiologi tumbuhan, morfologi tumbuhan dan
embriologi tumbuhan.
Bagi mahasiswa yang mempelajari ilmu-ilmu terapan, seperti ilmu pemuliaan tanaman, ilmu hama dan penyakit tanaman, pemahaman mengenai anatomi tumbuhan sangat diperlukan. oleh karena itu, anatomi tumbuhan penting untuk kita pelajari. sebelum beranjak lebih jauh lagi, alangkah baiknya kita pelajari mengenai sejarah penemuan sel.
Berikut beberapa tokoh yang berperan dalam penemuan sel, diantaranya:
Robert Hooke (1665) yang
menemukan sel mati dari gabus kulit batang Quercus suber yang
tinggal dinding selnya saja, tersusun seperti rumah lebah (gambar 1).
Ruang-ruang kecil tanpa isi sel tersebut kemudian disebut sel.
2. Anthony van leeuwenhoek (1770) menemukan kloroplast pada daun segar.
3. Banaventuri Corti (1772) menemukan aliran plasma pada ganggang Chara sp.
4. Robert Brown (1930) menemukan inti sel (nukleus).
5. Mattheas Schleiden (1846) menemukan anak inti (nukleolus);Hugo van Mohl dapat membedakan antara protoplas dan cairan sel.
6. Mattheas schleiden dan Theodor schwann (1838 & 1839) menemukan vakuola sel dan mengemukan teori sel.
8. Kollicher (1850) menemukan mitokondria.
9. Kollicher (1962) mengemukakan istilah sitoplasma
10. camillo Golgi (1898) menemukan diktiosom dan aparatus golgi. Rudolf virchow mengamati pembelahan mitosis
2. Anthony van leeuwenhoek (1770) menemukan kloroplast pada daun segar.
3. Banaventuri Corti (1772) menemukan aliran plasma pada ganggang Chara sp.
4. Robert Brown (1930) menemukan inti sel (nukleus).
5. Mattheas Schleiden (1846) menemukan anak inti (nukleolus);Hugo van Mohl dapat membedakan antara protoplas dan cairan sel.
6. Mattheas schleiden dan Theodor schwann (1838 & 1839) menemukan vakuola sel dan mengemukan teori sel.
8. Kollicher (1850) menemukan mitokondria.
9. Kollicher (1962) mengemukakan istilah sitoplasma
10. camillo Golgi (1898) menemukan diktiosom dan aparatus golgi. Rudolf virchow mengamati pembelahan mitosis
B. Struktur Umum
Anatomi
Perkembangan
embrio hingga dewasa
Suatu tumbuhan vaskular mengawali kehadirannya sebagai
satu zigot uniseluler yang sederhana secara morfologis. Zigot berkembang
menjadi lembaga dan akhirnya menjadi sporofit dewasa. Perkembangan ini
melibatkan pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel-sel, dan suatu
organisasi sel-sel menjadi bentukan yang kurang lebih terspesialisasi yaitu
jaringan dan sistem jaringan. Lembaga tumbuhan berbiji mempunyai struktur yang
relatif sederhana dibandingkan dengan tumbuhan dewasanya.
Lembaga mempunyai jumlah bagian yang terbatas, sering
hanya berupa satu sumbu yang membawa satu atau lebih daun lembaga, sel-sel
serta jaringan lembaga paling banyak pada tingkat diferensiasi rendah. Namun
demikian lembaga mempunyai potensi untuk pertumbuhan lebih lanjut karena adanya
meristem di ujung-ujung berlawan pada sumbu yang menjadi meristem apikal pucuk
(batang) dan akar yang akan datang. Selama perkembangan pucuk dan akar sebagai
akibat perkecambahan biji, pemunculan meristem-meristem apikal baru dapat
menyebabkan percabangan ulang organ-organ ini.
Perkecambahan sering dianggap sebagai permulaan kehidupan
tumbuhan. Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan
pertumbuhan plumula (calon batang). radikula tumbuh kebawah menjadi akar
sedangkan plumula tumbuh keatas menjadi batang.
Perkecambahan ditandai dengan munculnya kecambah, yaitu
tumbuhan kecil dan masih hidup dari persediaan makanan yang berada dalam biji.
Ada empat bagian penting pada biji yang berkecambah, yaitu batang lembaga
(kaulikulus), akar embrionik (akar lembaga) atau (radikula) , Kotiledon (daun
lembaga), dan pucuk lembaga (plumula). Kotiledon merupakan cadangan makanan
pada kecambah karena pada saat perkecambahan, tumbuhan belum bisa melakukan
fotosintesis.
Gambar 2. Bagan embrio dikotil. Meritem
apikal dari apeks pucuk (plumula) dan meristem apeks pada akar(radikula).
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi
perkecambahan. Tahap pertama perkecambahan adalah penyerapan air dengan cepat
secara imbibisi. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan
memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio
sehingga biji melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna
bahan-bahan yang disimpan pada kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan
kebagian embrio yang sedang tumbuh. Enzim yang berperan dalam pencernaan
cadangan makanan adalah enzim amilase, beta-amilase dan protease. Hormon
giberelin berperan penting untuk aktivasi dan mensintesis enzim-enzim tersebut.
Perkecambahan biji ada dua macam, yaitu perkecambahan
epigeal dan hypogeal
a. Perkecambahan epigeal
adalah tumbuhnya hipokotil yang memanjang sehingga plumula dan kotiledon
terangkat kepermukaan tanah. Kotiledon tersebut dapat melakukan fotosisntesis
selama daun belum terbentuk, contoh perkecambahan kacang hijau, bunga matahari,
kedelai, kacang tanah.
Dalam proses perkecambahan ini organ pertama
yang muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, berikutnya ujung
radikula harus menembus permukaan tanah. Pada banyak tumbuhan dikotil dengan
rangsangan oleh cahaya, ruas batang dibawah daun lembaga (hipokotil) akan
tumbuh lurus mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil dan
kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun
pertamanya mengembang dan menjadi hijau, serta mulai membuat makanan melalui
fotosintesis. Kotiledon akan layu dan rontok dari benih karena cadangan
makanannya telah habis oleh embrio yang berkecambah.
b. Perkecambahn hipogeal
adalah tumbuhnya epikotil yang memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit
biji dan muncul diatas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam
tanah contoh perkecambahan kacang kapri, kacang ercis, jagung dan
rumput-rumputan.
Gambar
3.
Selama perkembangan pucuk dan akar sebagai akibat perkecambahan
biji, pemunculan meristem-meristem apikal baru dapat menyebabkan percabangan
ulang organ-organ ini. Setelah periode tertentu pertumbuhan vegetatif, tumbuhan
memasuki tingkat reproduktif dengan perkembangan struktur pembawa gen.
Organ tumbuhan yang berasal dari meristem
apikal biasanya mengalami periode perluasan dalam hal lebar dan panjang.
Pertumbuhan awal akar dan pucuk vegetatif dan reproduktif akibat aktivitas
meristem apikal, yang dibentuk secara berurutan ini biasanya disebut
pertumbuhan primer.
Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang
disebabkan oleh kegiatan titik tumbuh primer. Titik tumbuh primer adalah titik
tumbuh yang terdapat pada ujung akar atau ujung batang yang telah mulai
terbentuk sejak tumbuhan masih berupa embrio. Pertumbuhan prmer adalah
pertumbuhan memanjang akibat aktivitas mereistem apikal (jaringan yang ada
diujung akar adan ujung batang). Pertumbuhan primer pada akar terjadi dititik
tumbuh akar dan pada batang terjadi dititik tumbuh batang. Titik tumbuh akar
berada pada bagian yang terdapat tudung akar (kaliptara). Tudung akar merupakan
kumpulan sel-sel yang terorganisasai, yang berfungsi menutupi dan melindungi
neristem apikal saat akar tumbuh menembus tanah. sedangkan titik tumbuh batang
terdapat pada tumbuhan yang memiliki kuncup atau tunas.
Pertumbuhan primer menyebabkan batang dan
akar bertambah panjang.
pada banyak tumbuhan vascular, tubuh primer diperkuat oleh pertumbuhan berikutnya dan arena pertumbuhan ini dimulai lebih kemudian dan hasilnya menjadi tambahan terhadap jaringan primer yang telah ada maka disebut pertumbuhan sekunder. Jaringan yang dihasilkannya disebut jaringan sekunder. Pertumbuhan sekunder biasanya tidak membuat tipe-tipe sel baru, melainkan hanya menambah besar tubuh tumbuhan, teristimewa ukuran jaringan vascular, menyediakan sel-sel pengangkut dan penguat serta pelindung tambahan.
pada banyak tumbuhan vascular, tubuh primer diperkuat oleh pertumbuhan berikutnya dan arena pertumbuhan ini dimulai lebih kemudian dan hasilnya menjadi tambahan terhadap jaringan primer yang telah ada maka disebut pertumbuhan sekunder. Jaringan yang dihasilkannya disebut jaringan sekunder. Pertumbuhan sekunder biasanya tidak membuat tipe-tipe sel baru, melainkan hanya menambah besar tubuh tumbuhan, teristimewa ukuran jaringan vascular, menyediakan sel-sel pengangkut dan penguat serta pelindung tambahan.
Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang
disebabkan oleh kegiatan kambium yang bersifat meristematik. Pertumbuhan
sekunder menyebabkan diameter batang bertambah besar. Pertumbhan sekunder hanya
terjadi pada dikotil dan Gymnospermae.
Aktivitas pembelahan kambium mengarah kearah luar dan dalam. Aktivitas kambium ke dua arah ini mengakibatkan bertambah tebal dan besar diameter batang. pembelahan kearah luar membentuk floem sekunder (kulit) dan kearah dalam membentuk silem sekunder (kayu). Pembelahan kearah dalam lebih besar dibanding kearah luar, sehingga bagian kayu lebih tebal dibanding bagian kulit. setelah tumbuhan mencapai ukuran dewasa, terbentuk bunga.
Aktivitas pembelahan kambium mengarah kearah luar dan dalam. Aktivitas kambium ke dua arah ini mengakibatkan bertambah tebal dan besar diameter batang. pembelahan kearah luar membentuk floem sekunder (kulit) dan kearah dalam membentuk silem sekunder (kayu). Pembelahan kearah dalam lebih besar dibanding kearah luar, sehingga bagian kayu lebih tebal dibanding bagian kulit. setelah tumbuhan mencapai ukuran dewasa, terbentuk bunga.
Setelah polinasi, yakni berpindahnya serbuk
sari ke putik, terjadi pembuahan. Buah dibentuk dan menghasilkan biji sehingga
daur hidup tumbuhan selesai. Ada tumbuhan yang segera mati setelah membentuk
biji, disebut tumbuhan setahun atau annual. Ada pula yang tetap tumbuh
bertahun-tahun, disebut tumbuhan menahun atau parenial, seperti pohon dan
perdu.
Jadi, alat pembentuk tumbuhan adalah batang, akarm daun, bunga, dan buah beserta bijinya. Setiap alat dibangun oleh sel yang tersusun oleh beberapa jaringan.
Jadi, alat pembentuk tumbuhan adalah batang, akarm daun, bunga, dan buah beserta bijinya. Setiap alat dibangun oleh sel yang tersusun oleh beberapa jaringan.
Gambar
3. Siklus hidup tumbuhan.
Macam jaringan pada tumbuhan
Tumbuhan tersusun atas berbagai jaringan. Banyaknya
pengetahuan tentang struktur jaringan menyebabkan kesulitan dalam memberi
definisi yang tepat suatu jaringan. Definisi jaringan adalah sekelompok sel
dengan asal usul, struktur, dan fungsi yang sama. Definisi ini tidak tepat
untuk semua kasus. Diperlukan definisi yang lebih lentur dalam pengelompokan
jaringan. Percobaan dengan suatu perlakuan dapat menyebabkan suatu tipe sel
berubah menjadi tipe sel yang lain. Sebagai contoh, sel parenkim dapat
dirangsasng untuk berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh. Jaringan mungkin juga
terdiri atas sel yang berbeda bentuk, bahkan fungsinya, tetapi susunannya
selalu sama.
Jaringan pada tubuh tumbuhan dikelompokkan
berdasarkan tempatnya dalam tumbuhan, tipe sel, fungsi, asal-usul, dan tahap
perkembangannya. Berdasarkan jumlah tipe sel penyusunnya, jaringan dibedakan
menjadi jaringan sederhanaa dan jaringan rumit. Jaringan sederhana bersifaat
homogen, hanya terdiri atas satu tipe sel, sedangkan jaringan rumit bersifat
heterogen, terdiri atas dua atau lebih tipe sel. Parenkim, kolenkim, dan
sklerenkim adalah jaringan sederhana, sedangkan xilem, floem, dan epidermis
adalah jaringan rumit.
Di tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam
tiga sistem berdasarkan kesinambungan topografi, yakni sistem dermal, sistem
jaringan pembuluh, dan sistem jaringan dasar. Sistem dermal meliputi epidermis,
yakni pelindung primer (pertama) bagi bagian luar tubuh, dan periderm yang
menggantikan epidermis pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder.
Sistem jaringan pembuluh terdiri atas xilem, yakni yang mengangkut air dan
garam tanah, dan floem, yang mengangkut hasil fotosintesis. Sistem jaringan
dasar mencangkup jaringan yang membentuk dasar bagi tumbuhan, namun sekaligus
juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar utama adalah parenkim
dengan semua ragamnya; kolenkim, yakni jaringan yang berdinding tebal berkayu
sehingga keras dengan sel yang biasanya mati. Dalam tubuh tumbuhan, jaringan
tersebar dalam pola khas bagi kelompok timuhan yang bersangkutan.
Pada dasarnya ada kemiripan pola penyebaran
jaringan pada tumbuhan dikotil sebab jaringa pembuluh tertanam dalam jaringan
dasar dan sistem dermal merupakan penutup di sebelah luar. Pada tumbuhan
dikotil, misalnya, jaringan pembuluh batang membentuk silinder berongga. Rongga
tersebut terisi jaringan dasar (empulur) dan ada pula yang berda diantara
silinder pembuluh dan sistem dermal (korteks). Pada daun, jaringan pembuluh
membentuk sistem yang dapat beranastomosis dalam jaringan dasar yang terdiferensiasi
sebagai mesofil.
Pada akar dapat ditemukan silinder jaringan pembuluh
yang sering kali tidak mengelilingi empulur, namun ada korteks.
Jenis-jenis jaringan pada tumbuhan
Jaringan pembentuk tumbuhan terdiri dari 3
jenis, yaitu:
1.
Jaringan dermal
Salah satu jaringan dermal adalah epidermis yang
merupakan lapisan pelindung luar utama yang menyelimuti tubuh tumbuhan (seluruh
daun, batang, dan akar). Sel-sel epidermis mempunyai dinding sel primer yang
tebal, dan bagian luarnya dilapisi oleh lapisan lilin. Sel ini juga akan
mengalami modifikasi dan membentuk stomata serta berbagai macam rambut. Stomata
adalah bukaan pada epidermis yang sebagian besar terdapat pada bawah daun dan
meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentk oleh dua sel epidermis yang
terspesialisasi yang disebut sel penjaga yang meregulasi besarnya diameter
stomata. Stomata juga terdistribusi secara spesisfik berdasarkan spesies. Rambut
atau trikoma merupakan turunan dari sel epidermis dan mempunyai banyak bentuk
dan umumnya ditemui pada semua bagian tumbuhan serta berfungsi untuk adsorpsi
dan sekresi.
2.
Jaringan pembuluh
Jaringan pembuluh merupakan kompleks xilem-floem. Umumnya
akar hanya mempunyai xilem, sedangkan batang mempunyai keduanya (xilem dan
floem). Xilem disusun oleh sel dewasa yang telah mati dan kehilangan plasma
membrannya serta dinding selnya mengalami penebalan sekunder dan dilapisi
lilin. ujung dari dinding sel ini telah terperforasi sempurna membentuk saluran
yang sangat panjang. Saluran ini mempunyai hubungan yang erat dengan parenkim
xilem yang secara aktif mentransport cairan keluar-masuk xilem. Fungsi dari
xilem adalah membawa air dan ion terlarut pada tumbuhan. Floem disusun oleh sel
hidup dewasa yang terinterkoneksi oleh perforasi pada ujung dinding selnya yang
terbentuk dari plasmodesmata yang membesar dan termodifikasi. Sel ini tersusun
membentuk tabung yang disebut pembuluh ayak. Sel-sel ini tetap mempunyai
membran plasma, tetapi sudah kehilangan nukleus dan banyak sitoplasma, sehingga
mereka bergantung pada sel pendamping untuk metabolismenya. Sel pendamping
mempunyai fungsi tambahan sebagai pengangkut molekul makanan terlarut keluar
dan ke dalam pembuluh melaluidinding pembuluh yang berpori.
3. Jaringan dasar
Terdiri dari 3 sel utama, yaitu parenkim, kolenkim, dan
sklerenkim. Sel parenkim ditemukan pada seluruh sistem jaringan tumbuhan. Sel
ini adalah sel hidup yang dapat membelah lebih lanjut dengan dinding sel primer
yang tipis. Fungsi dari sel ini adalah sel meristem apikal dan lateral pada
tunas dan akar akan menyediakan sel baru untuk pertumbuhan; produksi dan
penyimpanan makanan terjadi pada sel fotosintetik pada batang dan daun (sel
mesofil), sel parenkim penyimpan merupakan komponen utama pembentuk buah dan
sayuran; karena kemampuan membelahnya, sel parenkim juga berperan sebagai stem
sel untuk memulihkan luka dan regenerasi. Sel kolenkim merupakan sel hidup yang
mirip dengan sel parenkim, tetapi mempunyai dinding sel yang jauh lebih tebal
dan biasanya ditemukan pada seluruh sistem jaringan tumbuhan. Sel kolenkim
mempunyai kemampuan untuk memanjang dan memberikan dukungan mekanis sebagai
jaringan dasar pada daerah tumbuhan yang sedang memanjang. Sel kolenkim umum
ditemukan pada daerah subepidermal batang.
Seperti kolenkim, sel sklerenkim mempunyai
fungsi sebagai penguat dan pendukung tumbuhan. Sel skelerenkim merupakan sel
mati dengan dinding sel sekunder tebal dari lignin yang mencegahnya untuk
memanjang seiring pertumbuhan tumbuhan. Dua macam sklerenkim yang umum
ditemukan adalah fiber, yang sering membentuk bundel panjang, dan sklereid yang
merupakan sel pendek bercabang yang umum ditemukan pada kulit biji dan buah. Jenis
sel dan jaringan Sel serta jaringan dapat dibedakan karena memiliki sifat yang
berbeda sehubungan dengan posisinya dalam tubuh tumbuhan. Berikut ini disajikan
secara singkat kelompok sel dan jaringan pada tumbuhan berbiji.
a. Epidermis
Epidermis rnerupakan jaringan paling luar vang menutupi permukaan organ tumbuhan, seperti: daun, bagian bunga, buah, biji, batang, dan akar. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah dalam. Bentuk, ukuran, dan susunan, serta fungsi sel epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis organ tumbuhan. Ciri khas sel epidermis adalah sel–selnya rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Dinding sel epidermis ada yang tipis, ada yang mengalami penebalan di bagian yang menghadap ke permukaan tubuh, dan ada yang semua sisinya berdinding tebal dan mengandung lignin.
Epidermis rnerupakan jaringan paling luar vang menutupi permukaan organ tumbuhan, seperti: daun, bagian bunga, buah, biji, batang, dan akar. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah dalam. Bentuk, ukuran, dan susunan, serta fungsi sel epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis organ tumbuhan. Ciri khas sel epidermis adalah sel–selnya rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Dinding sel epidermis ada yang tipis, ada yang mengalami penebalan di bagian yang menghadap ke permukaan tubuh, dan ada yang semua sisinya berdinding tebal dan mengandung lignin.
Seperti kita temukan pada biji dan daun pinus. Dinding
luar sel epidermis biasanya mengandung kutin, yaitu senyawa lipid yang
mengendap di antara selulosa penvusun dinding sel sehingga membentuk lapisan
khusus di permukaan sel yang disebut kutikula. Di permukaan luar kutikula
kadangkala kita temukan lapisan lilin vang kedap air untuk mengurangi penguapan
air. Beberapa bentuk khusus sel epidermis yang telah berubah struktur dan
fungsi diantaranya adalah: stomata (mulut daun) yang berperan sebagai tempat
pertukaran gas dan uap air, trikoma yang berupa tonjolan epidermis dan tersusun
atas beberapa sel yang mengalami penebalan sekunder. Trikoma ini berperan
sebagai kelenjar yang mengeluarkan zat seperti terpen, garam, dan gula; rambut
akar merupakan tonjolan epidermis akar yang memiliki dinding sel tipis dengan
vakuola besar.]aringan epidermis tetap ada sepanjang hidup organ tertentu vang
tidak mengalami penebalan sekunder. Pada beberapa tumbuhan vang berumur panjang,
epidermis digantikan oleh jaringan gabus, bila batangnya menua.
b. Periderm
Periderm
adalah jaringan yang dibentuk secara sekunder dan menggantikan epidermis pada
batang dan akar yang telah menebal akibat pertumbuhan sekunder. Hal itu tampak
dengan jelas pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae yang berkayu. Daun tidak
menghasilkan periderm, kecuali pada sisik pelindung tunas istirahat. Pada
dikotil basah, periderm terdapat terutama di bagian tertua pada batang dan
akar. Pada beberapa monokotil ditemukan periderm, pada mookotil lain ditemukan
jenis jaringan pelindung sekunder yang berbeda. Pada waktu sebagian tumbuhan
seperti daun atau ranting tanggal, periderm terbentuk di sepanjang permukaan
yang terdedah. Pada luka, baik yang disebabkan secara mekanis atau akibat
penyakit atau pun parasit, periderm amat penting dalam perkembangan lapisan
pelindung di dekat jaringan yang luka atau mati itu. Pada beberapa familia
dikotil, periderm terbentuk dalam xilem dan disebut gabus interxiler yang
berperan dalam kematian batang pada tumbuhan annual secara alami. Istilah kulit
kayu yang sering kali dipakai dalam percakapan sehari-hari perlu dinilai arti
yang sebenarnya sehubungan dengan periderm yang merupakan sebagian daripadanya.
‘Kulit kayu’ adalah semua jaringan diluar kambium pembuluh. Jadi, pada stadium
pertumbuhan sekunder, kulit kayu mencakup floem sekunder, serta periderm dan
jaringa mati disebelah luar periderm. Namun, jika tumbuhan masih berada pada
stadium primer, kulit kayu mencakup hanya floem primer, korteks, dan epidermis.
Pada akar primer, istilah kulit kayu tidak digunakan karena leak berkas floem
bergantian dengan xilem.
Periderm terdiri dari felogen (kambium gabus), yaitu meristem yang membentuk periderm; felem (sering disebut gabus), yakni jaringan pelindung yang dibentuk oleh felogen ke arah luar; dan feloderm, yakni jaringan parenkim yang dibentuk oleh felogen ke arah dalam. Jaringan di luar periderm akan mati akibat sisipan jaringan gabus (felen), diantara jaringa itu denga jaringan di bagian dalam yang masih hidup.
c. Parenkim
Parenkim terdiri atas kelompok sel hidup yang
bentuk, ukuran, maupun fungsinya berbeda-beda. Sel-sel parenkim mampu
mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa sehingga
berperan penting dalam proses regenerasi. Sel-sel parenkim yang telah dewasa
dapat bersifat meristematik bila lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim
terutama terdapat pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah,
dan endosperma biji. Sel-sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti
pada parenkim xilem, parenkim floem, dan jari-jari empulur. Ciri utama sel
parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta lentur. Beberapa sel
parenkim mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem. Sel parenkim
berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral yang besar. Ciri
khas parenkim yang lain adalah sel-selnya banyak memiliki ruang antarsel karena
bentuk selnya membulat.
Parenkim yang mempunyai ruang antarsel adalah
daun. Ruang antarsel ini berfungsi sebagai sarana pertukaran gas antar
klorenkim dengan udara luar. Sel parenkim memiliki banyak fungsi, yaitu untuk
berlangsungnya proses fotosintesis, penyimpanan makanan dan fungsi metabolisme
lain. Isi sel parenkim bervariasi sesuai dengan fungsinya, misalnya sel yang
berfungsi untuk fotosintesis banyak mengandung kloroplas. Jaringan yang
terbentuk dari sel-sel parenkim semacam ini disebut klorenkim. Cadangan makanan
yang terdapat pada sel parenkim berupa larutan dalam vakuola, cairan dalam
plasma atau berupa kristal (amilum). Sel parenkim merupakan struktur sel yang
jumlahnya paling banyak menyusun jaringan tumbuhan.
Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar.
Berdasarkan
fungsinya, parenkim dibagi menjadi bebrapa jenis jaringan, yaitu:
1)Parenkim Asimilasi
1)Parenkim Asimilasi
Biasanya
terletak di bagian tepi suatu organ, misalnya pada daun, batang yang berwarna
hijau, dan buah. Di dalam selnya terdapat kloroplas, yang berperan penting
sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis,
2)
Parenkim Penimbun
Biasanya
terletak di bagian dalam tubuh, misalnya: pada empulur batang, umbi akar umbi
lapis, akar rimpang (rhizoma), atau biji. Di dalam sel-selnya terdapat cadangan
makanan yang berupa gula, tepung, lemak atau protein,
3)
Parenkim Air
Terdapat
pada tumbuhan yang hidup di daerah panas (xerofit) untuk menghadapi masa
kering, misalnya pada tumbuhan kaktus dan lidah buaya,
4)
Parenkim Udara
Ruang
antar selnva besar, sel- sel penyusunnya bulat sebagai alat pengapung di air,
misalnya parenkim pada tangkai daun tumbuhan enceng gondok
d.
Kolenkim
Kolenkim
tersusun atas sel-sel hidup yang bentuknya memanjang dengan penebalan dinding
sel yang tidak merata dan bersifat plastis, artinya mampu membentang, tetapi
tidak dapat kembali seperti semula bila organnya tumbuh. Kolenkim terdapat pada
batang, daun, bagian-bagian bunga, buah, dan akar. Sel kolenkim dapat
mengandung kloroplas yang menyerupai sel-sel parenkim. Sel – sel kolenkim
dindingnya mengalami penebalan dari kolenkim bervariasi, ada yang pendek
membulat dan ada yang memanjang seperti serabut dengan ujung tumpul.
Berdasarkan
bagian sel yang mengalami penebalan, sel kolenkim dibedakan atas:
a. Kolenkim angular (kolenkim sudut), merupakan jaringan kolenkim dengan penebalan dinding sel pada bagian sudut sel;
a. Kolenkim angular (kolenkim sudut), merupakan jaringan kolenkim dengan penebalan dinding sel pada bagian sudut sel;
b.
Kolenkim lamelal, merupakan jaringan kolenkim yang penebalan dinding selnya
membujur;
c. Kolenkim anular, merupakan kolenkim yang penebalan dinding selnya merata pada bagian dinding sel sehinggi berbentuk pipa.
c. Kolenkim anular, merupakan kolenkim yang penebalan dinding selnya merata pada bagian dinding sel sehinggi berbentuk pipa.
e.
Sklerenkim
Sklerenkim
merupakan jaringan penyokong tumbuhan, yang sel – selnya mengalami penebalan
sekunder dengan lignin dan menunjukkan sifat elastis. Sklerenkim tersusun atas
dua kelompok sel, yaitu sklereid dan serabut. Sklereid disebut juga sel batu
yang terdiri atas sel – sel pendek, sedangkan serabut sel – selnya.
panjangsklereid berasal dari sel-sel parenkim, sedangkan serabut berasal dari
sel – sel meristem. Sklereid terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel – selnya
membentuk jaringan yang keras, misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji dan
mesofil daun. Serabut berbentuk pita dengan anyaman menurut pola yang khas.
Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan pengangkut.
f.
Xilem
Xilem merupakan jaringan kompleks karena tersusun dari
beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea
sebagai saluran pengangkut air dengan penebalan dinding sel yang cukup tebal
sekaligus berfungsi sebagai penyokong. Xilem juga tersusun atas serabut,
sklerenkim, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam berbagai
kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut juga sebagai pembuluh kayu yang
membentuk kayu pada batang.
Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya.
Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya.
Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian
ujung-ujung selnya. Transpor air dan mineral pada trakea berlangsung
melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat noktah (celah)
antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian rupa sehingga
merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk pipa panjang
(kapiler). Bentuk penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin spiral,
atau jala.
g. Floem
Pada prinsipnya, floem merupakan jaringan
parenkim.Tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda, yaitu buluh tapis, sel
pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
h. Struktur sel sekresi
Sel sekresi tidak merupakan bagian jaringan tertentu,
melainkan berada dalam jaringan lain, baik primer maupun sekunder, sebagai sel
terpisah atau dalam kelompok. Struktur sel sekresi terdapat di permukaan
tumbuhan sebagai rambut dan nektarium, namun dapat pula berada di dalam tubuh sebagai
rongga atau saluran sekresi. Sel lateks, yang dapat berupa sel panjang
bercabang atau tak bercabang namun senantiasa menghasilkan cairan seperti
getah, termasuk struktur sel sekresi dalam.
B. Hubungan Anatomi Tumbuhan Dengan Ilmu Lainnya
Dalam mempelajari tumbuhan dari segi hortikultural, agronomi, patologi, maupun ekologi, senantiasa diperlukan pemahaman mengenai bentuk dan struktur tumbuhan sehubungan dengan fungsinya.
Dalam hubungan dengan antar ilmu, anatomi tumbuhan berperan penting. Tafsiran yang sesungguhnya dari fungsi bagian tumbuhan bertumpu pada pengetahuan yang baik tentang sel dan jaringan yang berkaitan dengan fungsi tersebut. Contohnya adalah pada fotosintesis, gerakan air, translokasi makanan, dan penyerapan oleh akar. Dalam patologi tumbuhan, pengaruh penyakit tak dapat dipahami dengan baik tanpa memahami struktur normal jaringan yang terserang. Selain itu, penangkisan efek penyakit atau parasit, bahkan kerentanan terhadap penyakit itu sendiri dapat terungkap oleh adanya perubahan struktur atau kekhasan struktur inang.
Keberhasilan atau kegagalan praktek hortikultura seperti pemangkasan, penempelan, propagasi vegetatif, dan peristiwa pengiringnya seperti pembentukan kalus, penyembuhan luka, regenerasi, dan perkembangan akar dan tunas baru, akan lebih berguna jika sifat struktur yang melandasi semua peristiwa itu dipahami dengan benar. Salah satu segi penelitian tumbuhan yang mutakhir adalah kajian tentang perkembangan dan organisasi yang dilakukan berdasarkan korelasi antara perubahan biokimiawi dan struktur dalam tanaman percobaan. Korelasi ini lebih meluaskan pemahaman tentang struktur yang berkembang dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan hanya memperhatikan perubahan biokimiawi yang mengungkapkan informasi tentang jumlah, ukuran, dan struktur sel.
C. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Definisi Lingkungan
Lingkungan jika dilihat secara makna liter like berarti segala sesuatu benda baik hidup maupun mati yang ada di sekitar kita. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkari. Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam literatur lain lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan prilkunya serta makhluk hidup lainnya (Pristiadi Utomo).
Sebagai makhluk hidup, siswa selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam system tersebut.
Lingkungan merupakan kesatuan ruang semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan prilkunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk siswa. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa.
Lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu siswa berinteraksi dengan manusia lain adan dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati (Pristiadi Utomo). Jadi, kapan saja dan di mana saja, ketika ada interaksi anatara pebelajar dengan sumber belajar. Tentu saja guru bukan satu-satunya sumber belajar. Apapun, baik lingkungan, nuansa, alat, bahan-bahan lain bisa berfungsi sebagai sumber belajar.
Jenis-jenis Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Kita telah mengenal adanya tiga jenis lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu :
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi sosial dengan kehidupan bermasyrakat seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur kepemerintahan dan agama. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan social sebagai sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat seperti keluarga, tetangga, Rukun Tetangga dan sebagainya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik.
2. Lingkungan Alam
Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiyah seperti keadaan geografi, iklim, suhu, udara, musim, dan lain sebagainya. Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam.
Asepk-aspek lingkungan alam tersebut dapat dipelajari secara langsung oleh peserta didik dengan cara-cara yang telah disebutkan sbelumnya. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adlah-adalah kerusakan-kerusakan alam termasuk faktor penyebabnya.
Asepk-aspek lingkungan alam tersebut dapat dipelajari secara langsung oleh peserta didik dengan cara-cara yang telah disebutkan sbelumnya. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adlah-adalah kerusakan-kerusakan alam termasuk faktor penyebabnya.
3. Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami ada juga disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan tertentu yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.
Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari beberapa aspek prosesnya, pemanfaatannya, pemeliharaannya serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan mansyarakat pada umumnya.
Ketiga lingkungan belajar di atas dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar mengajar melalui perencanaan yang seksama oleh guru bidang studi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran bidang studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan peserta didik atau dalam waktu khusus yang sengaja disipkan pada akhir semester atau pertengahan semester.
Ketiga lingkungan belajar di atas dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar mengajar melalui perencanaan yang seksama oleh guru bidang studi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran bidang studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan peserta didik atau dalam waktu khusus yang sengaja disipkan pada akhir semester atau pertengahan semester.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Struktur umum anatomi akar dari luar ke dalam adalah epidermis, korteks, endodermis dan stele (xylem,floem).
o Akar primer adalah akar yang terus tumbuh membesar dan memanjang, akar ini akan menjadi akar pokok yang menopang. Akar primer sering juga disebut dengan akar tunggang dan akar lembaga.
o Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau akar cabang. Pertumbuhan sekunder dijumpai di khas pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae.
2. Perbedaan akar primer dan akar sekunder
Pertumbuhan primer pada akar dikotil menyebabkan akar tersebut tumbuh memanjang masuk kedalam tanah. Sedangkan pertumbuhan sekunder pada akar dikotil terdapat cambium yang menyebabkan pembesaran diameter.
B. SARAN
Dalam makalah yang kami buat terdapat pengertian akar primer dan akar sekunder, dengan struktur umumnya serta dapat dilihat perbedaan akar primer dan sekunder tersebut. Tapi kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan informasi dalam makalah ini, karena topik yang dibahas hanya seputar itu yang sesuai judul makalah. Dan penulis juga bersedia apabila ada yang menambahkan informasi tentang akar beserta strukturnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://dieena.wordpress.com/2012/05/28/struktur-perkembangan-tumbuhan-ii-4/
http://struktur-primer-dan-sekunder-akar.html
http://nanang-yuliyanto-Akar-Tanaman.htm
http://akar-1.html
Tjitrosomo, Siti Sutarmi., (1983), Botani Umum 2, Bandung: penerbit ANGKASA Bandung
Nugroho, L. Hartanto dkk,(2010), Struktur& Perkembangan Tumbuhan, Jakarta: Penebar Swadaya
Estiti,B Hidayat, (1995), Anatomi Tumbuhan Berbiji, Bandung: Penerbit ITB Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar