Senin, 23 September 2013

jenis-jenis daun dan morfologinya

1.Daun Mangga
Mangifera Indica
Klasifikasi ilmiah :
  • Kerajaan : Plantae
  • Filum : Magnoliophyta
  • Klas : Magnoliopsida
  • Ordo : Sapindales
  • Famili : Anacardiaceae
  • Genus : Mangifera
  • Spesies : M.indica

Morfologi:
Mangga dikenal sebagai tanaman tingkat tinggi. Tanaman ini digolongkan kedalam kelompok arboreus karena memiliki batang dengan ketinggian diatas 5 meter.

Ciri-ciri umum dari tanaman mangga antara lain :
  1. Struktur batang umumnya besar. Tumbuh tegak dan bercabang dengan ketinggian pohon bisa mencapai 40 meter.
  2. Batang memiliki kulit tebal dengan tekstur kasar, warna kulit batang umumnya coklat keabuan, kelabu tua hingga hitam. Terdapat banyak celah-celah kecil serta sisik yang merupakan bekas tepat tumbuhnya daun.
  3. Akar tumbuh memanjang dan bercabang-cabang dengan panjang bisa mencapai 6 meter.
  4. Termasuk kedalam tumbuhan berdaun tunggal, daun tumbuh lebat dan tersebar disetiap batang. Secara umum daun mangga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Panjang tangkai daun antara 1-1,25 cm. Bagian pangkal membesar, sisi daun bagian atas  terdapat alur. Posisi daun pada batang umumnya berjarak 3/8 dan semakin ujung batang posisinya makin berdekatan. Helai daun berbentuk jorong hingga linset. Tekstur daun agak liat, warna daun muda kemerahan, kekuningan, dan keunguan. Warna daun akan berubah hijau lalu kuning menua. Pangkal daun lancip, tepi daun berbentuk gelombang, bagian ujung daun meruncing. Beberapa varietas mangga memiliki struktur daun yang berbeda. antara lain : bulat telur  dan ujung daun meruncing, lonjong dan ujung daun seperti mata tombak, segi empat dan ujung membulat, serta segi empat dan ujung daun meruncing.
  5. Bunga majemuk dan berkelamin campuran, warna kuning kehijauan. Tumbuh memanjang hingga 40 cm.
  6. Buah mangga memiliki warna hijau muda ketika masih matang dan akan berubah menjadi kuning kehijauan ketika sudah matang. Bentuk buah beraneka ragam tergantung dari varietasnya, ada yang bulat, lonjong telur, hingga lonjong memanjang. Ukuran buah umumnya  antara 25-30 cm.

2. DAUN RAMBUTAN


Klasifikasi ilmiah :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Sapindaceae
Genus: Nephelium

Morfologi:

Daun rambutan merupakan daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus) dengan anak daun genap, yakni berjumlah 8 helai anak daun, berbentuk jorong. Daun Nephelium lappaceum L. merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), lazimnya disebut daun bertangkai. Daun bertangkai pendek (0,5-1cm) berbentuk silindris dan tidak menebal pada pangkalnya, tulang daun menyirip, , lebar daun 5,5 cm sampai 7 cm, panjang 9 cm samapai 15 cm, ujung daun membulat (rotundatus) tidak terbentuk sudut sama sekali, pangkal daun tumpul (obtusus). Permukaan daun licin (laevis) kelihatan mengkilat  (nitidus). Daging daun Nephelium lappaceum L. adalah seperti perkamen (perkamenteus).


Manfaat rambutan 

Rambutan  merupakan sebagian tumbuhan yang banyak manfaat. Seluruh belahan dari tumbuhan ini, mulai kulit, daun, biji, hingga akar, bisa berguna menjadi obat. Bagian tumbuhan yang berguna: Kulit buah, kulit kayu, daun, biji, dan akarnya. Uraian kegunaannya ialah sebagai berikut:
Kulit buah: Buat menangani disentri, demam
Kulit kayu: Buat menangani sariawan
Daun: Buat menangani diare dan menggelapkan rambut
Akar: Buat menangani demam
Biji: Buat menangani kencing manis (diabetes melitus)


3. Paku pakis


 
Lindsaea bolivarensi

Klasifikasi ilmiah :

Kingdom : plantae
Divisio     :Pteridophyta
 Classis:Filicopsida
Subclassis :Filicida
Ordo :Polypodiales
Familia :Polypodiaceae
Subfamilia  :Davallioideae
Genus: .Lindsaea
 Ciri:
Ø  Daun menyirip atau menyirip (Pinnate) ganda, daun yang mati tak terlepas dari rhizom.
Ø  Merupakan paku tanah atau epifit
Ø  Sorus pada tepi bawah daun, bentuk bulat, memanjang atau bangun garis.Indusium berbentuk sesuai dengan bentuk sorusnya, terbuka pada bagian yang menghadap pada tepi daun

4. Daun Kelor
Moringa oleifera 

Klasifikasi kelor:

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Capparales
Famili: Moringaceae
Genus: Moringa
Spesies: Moringa oleifera Lam

Deskripsi

 Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 - 12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 - 2 cm, lebar 1 - 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Buah kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 - 60 cm, buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang.
Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek dan biji. Pemeliharaan tanaman ini mudah, seperti tanaman lain membutuhkan cukup air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama pupuk dasar. Tanaman ini menghendaki tempat yang cukup dengan sinar matahari.

Manfaat dan Kegunaan

Di India kelor berkhasiat sebagai obat; anemia, anxiety, asma, bronchitis, katarak, kolera,conjunctivitis, batuk, diarrhea, infeksi mata dan telinga, demam, gangguan kelenjar, sakit kepala, tekanan darah tidak normal, radang sendi, gangguan pernafasan, scurvy,kekurangan cairan sperma dan tuberculosis. Di beberapa negara, tanaman kelor diolah dalam bentuk makanan seperti; tepung daun kelor,  bubur, sirup, teh daun kelor, sauce kelor, biskuit kelor dan lainnya. Sementara itu di Indonesia sedikit sekali orang yang memanfaatkan tanaman kelor ini sebagai makanan. Selain itukelor juga berguna sebagai obat diantaranya:
1. Mengobati Beri-Beri dan Oedem
Akar kelor, akar pepaya ditambah kulit lawang atau cengkeh, digiling$2C ditambah air, peras, saring kemudian minum.
2. Mengobati Herpes dan Luka Bernanah
Daun kelor ditumbuk dengan kapur, kemudian balurkan.
3. Mengobati Sariawan 
Akar kelor direbus, saring dan minum airnya.
4. Mengobati Rematik, Nyeri dan Pegal Linu
Akar kelor direbus,, saring, minum airnya. Atau 2-3 gagang daun kelor dan 1/2 sendok makan kapur sirih ditumbuk halus dan balurkan ketempat yang sakit.
5. Mengobati Epilepsi
Akar kelor direbus, saring kemudian minum airnya.
6. Mengobati Susah Buang Air Kecil
Akar kelor ditambah daun, direbus, saring dan minum airnya.
7Mengobati Sakit Kuning
Daun kelor 3-7 tangkai, 1 sendok makan madu dan 1 gelas air kelapa hijau. Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air kelapa dan disaring. Kemudian ditambah 1 sendok makan madu dan diaduk sampai merata, minum secara rutin sampai sembuh.
8. Mengobati Rabun Ayam
Tiga tangkai daun kelor ditumbuk halus, seduh dengan 1 cangkir air masak dan disaring, campurkan dengan madu dan aduk sampai merata, minum sebelum tidur.
9. Mengobati Alergi dan Biduren
Daun kelor 3 gagang, bawang merah 1 siung dan adas pulasari, direbus dengan 3 gelas air mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring. Minum sehari 2 kali pagi dan sore.
10. Sakit Mata
Yaitu dengan menfgunakan 3 gagang daun kelor kemudian ditumbuk halus, diberi 1 gelas air dan diaduk sampai merata. Didiamkan sejenak sampai ampasnya mengendap.Cara menggunakan air ramuan tersebut digunakan sebagai obat tetes mata


5. DAUN MATOA

 Pometia pinnata

Klasifikasi :

Kingdom      :    Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :    Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :    Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi            :    Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas            :    Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas     :    Rosidae
Ordo             :    Sapindales
Famili           :    Sapindaceae
Genus           :    Pometia
Spesies         :    Pometia pinnata J.R. & G.Forst

Deskripsi :

  Pohon Matoa dapat mencapai tinggi 47 m, dengan garis tengah batang 140 cm, berbanir besar sampai 5,50 m tingginya. Daunnya bersirip dengan 3 - 13 pasang anak daun. Daun terbawah seringkali menyerupai stipula (daun pe­numpu). Bagian-bagian yang muda kadang-kadang berbulu halus. Bunga jan­tan dan betina. Buah berbentuk elips, ukurannya mencapai 3,5 X 3 cm, dengan berbagai warna kulit, mulai dari kuning, merah tua, ungu atau coklat. Daging buahnya tipis dan manis. (De Graaf, NR & JW Hildebrand, PB Laming, JM Fundter. 2009)
    
 Matoa termasuk tanaman langka. Pohonnya rindang dengan akar yang kuat dan buahnya berasa manis. Buah matoa yang tumbuh di Papua umumnya dapat dimakan, Ada yang menyebut rasa manisnya seperti kelengkeng campur durian, ada pula yang menyebut seperti rambutan. Matoa asli Papua ternyata mempunyai keistimewaan (Vitiawan, Santo. 2008).

Kayu yang dihasilkan oleh pohon matoa cukup berkualitas dan sangat umum digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat papua dan industri kayu lapis yang kemudian diekspor ke luar negeri. Juga dapat digunakan untuk peralatan pertanian dan peralatan olah raga serta bahan pembuat arang. Kulit kayunya juga dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional (De Graaf, NR & JW Hildebrand, PB Laming, JM Fundter. 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar